Sebagai permintaan sebelum meninggal, ia mengajak Lee Dong Soek untuk mengunjungi upacara peringatan kematian suami kedua di rumah anak tirinya.
Dari perjalanan ke Mokpo itu, Lee Dong Soek akhirnya belajar untuk memahami wanita yang dibencinya selama bertahun-tahun tersebut. Kang Ok Dong, kehilangan orangtuanya ketika berusia sekitar 6 atau 7 tahun. Mereka sempat bercerai sebelum akhirnya dimakamkan bersebelahan di Madeung-Ri, Mokpo.
Wanita yang meninggal dunia setelah didiagnosa menderita kanker itu juga kehilangan kakak laki-lakinya ketika berusia antara 13 dan 14 tahun. Kakaknya yang berusia 19 tahun tewas setelah digigit ular saat berkumpul dengan teman-temannya. Sejak saat itu, Kang Ok Dong harus bekerja mencari nafkah untuk diri dan adiknya.
Buta huruf, membuat Kang Ok Dong bekerja serampangan di sebuah restoran untuk memasak nasi dan mencuci piring, hingga akhirnya bertemu dengan ayah Lee Dong Soek dan menikah. Ia mungkin membuat Lee Dong Soek menderita, dan terlihat berhati dingin. Namun, Kang Ok Dong remaja juga tumbuh dalam situasi yang tidak mudah.
Orangtua dan kakak laki-lakinya meninggal. Setelah menikah, suami dan anaknya meninggal di laut. Anak laki-laki terakhirnya membencinya karena dia menikah lagi dan dipukuli oleh dua orang kakak tirinya. Hingga akhir hayatnya, ia harus hidup sendirian, hanya ditemani oleh temannya Chun Hui.
"Dia tidak pernah berkata mencintaiku, atau meminta maaf padaku. Ibuku, Kang Ok Dong membuatkan semangkuk makanan favoritku, Sup Doenjang. Kemudian dia kembali kemana dia seharusnya."
Dialog itu adalah yang dikatakan Lee Dong Soek saat memeluk ibunya yang meninggal di pagi hari. Dalam keadaan tertidur setelah memasakkan Sup Deonjang kesukaannya. Ia memeluk erat wanita yang selama bertahun-tahun tak lagi dipanggilnya 'Ibu.' Pagi itu, Dong Soek menangis memeluk ibunya.
Saat momen tersebut, ia menyadari, jika selama ini dirinya tak pernah membenci Kang Ok Dong. Ia hanya ingin merangkul dan berdamai dengan sang ibu. Dong Soek berharap bisa memaafkan ibunya, dan berdamai dengan hal-hal pahit yang dihadapi setelah kematian sang kakak, dan ibunya menikah lagi.
Berkat perjalanan menuju ke Mokpo dan pendakian ke Gunung Halla, Lee Dong Soek, menyadari jika ibunya menjalani masa kecil yang tidak mudah. Kang Ok Dong juga merasa terlalu malu dan tidak layak untuk meminta maaf kepada putra semata wayangnya.Â
Penyesalan akan kematian sang suami dan anak sulungnya, serta Dong Soek yang disiksa anak tirinya, menjadi beban pikiran yang dibawa hingga akhir hayat.
Selain Nyonya Ok Dong dan Tuan Dong Soek, ada banyak orangtua dan anak yang memiliki hubungan komplek. Kisah keluarga yang hangat justru menjadi barang yang langka dalam realita masyarakat. Ayah, ibu dan dua orang anak yang duduk bersama di meja makan sembari tertawa dan saling berbagi kisah seolah hanya terwujud di dalam layar kaca.