Mohon tunggu...
Banyu
Banyu Mohon Tunggu... Seniman - Eksplorasi Rasa

Writing for happy ending

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Diakhir Hayat

14 Agustus 2015   01:32 Diperbarui: 30 Maret 2019   05:59 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya Mak, cepat sembuh Mak, Alim Minta maaf ya Mak, selama ini alim selau buat susah mak” kata pak alim

Tidak nak, seharusnya yang meminta maaf adalah aku, bukan kamu. Astagfirullah, sungguh betapa kejinya aku selama ini. Anak yang kusiakan ini ternyata berhati malaikat. Sungguh buruklah peringaiku ini ya Tuhan. Ampunilah aku, aku menyesal, sungguh – sungguh menyesal Ya Tuhan. Jikalau masihlah ada kesempatan biarkanlah aku untuk meminta maaf padanya. Mudahkanlah lidah ini bersuara Ya Tuhan.

Namun percuma lidahnya sungguh terasa kaku. Air mata bu Surati deras mengalir. Pak Alim berusaha menyeka air mata di pelupuk ibunya itu. dipandangilah mata ibunya itu. dan disitu pak alif melihat pancaran insaf dari mata itu. Pak Alif hanya menganggung – ngangguk dan tak berapa lama kemudian turutlah ia menangis. Karena seseorang dihadapannya tersebut kini telah berpulang kembali kepada pemilik sejatinya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun