Mohon tunggu...
Banyu
Banyu Mohon Tunggu... Seniman - Eksplorasi Rasa

Writing for happy ending

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Diakhir Hayat

14 Agustus 2015   01:32 Diperbarui: 30 Maret 2019   05:59 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“mak, sampean sekarang ikut saja ke rumah mas Alim. Saya sudah ngga sanggup mengurus mak. Mak selalu bikin repot keluarga saya. Sudah – sudah, sekarang giliran mas Alim yang mengurus Mak, masa harus saya terus”

“tapi Nduk” sela bu surati

“Halah, sudah mak, bosen saya. Nanti barang – barang mak biar saya yang ngantar ke rumah mas alim”

Dan saat ini jelaslah sudah. Bu surati terusir dari istana megah masa lalunya. Ia di usir nurti anak perempuan yang paling disayanginya setelah semua yang dimilikinya diberikan pada Nurti. Dan yang lebih menyakitkan adalah Nurti bersama suaminya menjual banyak sekali tanah – tanah hasil kerja keras ibu Surati tanpa ada sedikitpun rembuk rukun bersamanya. Inilah sumber penyesalan besar dari Bu surati. Nurti benar – benar telah menenggelamkannya dalam dasar kekecewaan hidup sebesar – besarnya. Anak yang paling dicintainya ternyata yang paling keji juga meggoreskan luka dalam hidupnya.

Namun kabar – kabarnya, Nurti beberapa bulan yang lalu telah tiada. Menurut kabar ia terkena serangan jantung dan tak tertolong lagi.

***

Dilihatnya Pak Alim yang masih tertunduk disampingnya, entah tenaga dari Mana tiba – tiba terdengarlah geraman suara lemah Bu Surati yang lemah tak berdaya.

“emmmmhhhh, leeee’’ (le = anak laki-laki) geraman bu surati

Pak Alim masih tertunduk, namun dari belakang beberapa ibu – ibu memberi tahunya

“mas, mas, ibunya sampean bicara itu ... “

Dengan tergagap gagap pak Alim bangkit mendekatkan mukanya ke dekat muka Bu surati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun