“Gitu dong, nambah lo cakepnya”
Dan semakin lebarlah senyum Mert, ia seperti tak sadar dengan pancingan dari Dina. Dina berpikir bahwa mert sedang memiliki masalah berat sehingga secara tak sadar mengabaikan aspek – aspek dugaan yang biasa muncul pada seseorang yang tak berbeban berat pikirannya. Pujian yang sebenarnya pancingan itu telah mencaairkan segala kebekuan di wajah pria tersebut. Mert sekarang nampak lebih santai dengan senyum yang tergambar ringan di wajahnya. Namun wajahnya masih menyimpan beban. Dina terus memancing mert, dengan percakapan – percakapan ringan dan mengalir.Dan perlahan keluarlah permasalahan yang dihadapi mert yang membuat wajahnya mendung tersebut. Dina akhirnya tahu juga akar masalahnya. Mert banyak masalah di tempat kerjanya di perusahaan komputer, menurutnya bosnya menekan dia
“Rasa – rasanya aku ingin menangis Din “
“Pria juga manusia mert, jadi tak masalah untuk menangis, kalo gak pernah nangis malah aneh : D ”
“Sorry aku nanggis, Aku malu Din”
“tidak apa – apa. Masalah jangan disimpen sendiri, dishare ke orang yang kamu percaya biar gak jadi penyakit” Ketik Dina.
Beberapa saat dina terkesiap, ia seperti tak sadar dengan apa yng telah di ucapkannya kepada Mert. Ia merasa malu dengan kata – katanya, kata yang dirinya sendiri tak melakukannya.
Kemudian, Dina hanya memasang senyum tipis menyungging, baru kali ini ia melihat seorang pria menangis di depannya meskipun hanya tangis yang ditahan – tahan. Hal ini baginya seperti sebuah permainan tebak – tebakan saja dan dia merasa menang serta ia lupa akan masalah dengan organisasinya.
Waktu bergulir cepat, kedua orang ini seperti lupa waktu karena keasyikan dengan chatnya tersebut. Dan sepertinya mereka berdua sedang menikmati hidup mereka dengan menanggalkan beban permasalahan yang sedang dihadapi. Mereka saling saut sautan, dalam chat awalnya memang dina yang banyak bertannya kini mert juga tak mau kalah. Sungguh serulah apa yang mereka perbicarakan mulai dari promosi negara mereka masing - masing, pekerjaan, hobi, pengalaman dan berbagai macam hal lainnya. Dina berhenti sejenak dari Chat, ia ingin mengambil minuman.ketika Dina melihat jam di kamarnya ternyata sudah jam 1 pagi. dia agak sedikit kaget. Mert berhenti menuliskan chat, matanya kembali sayu lagi.
Dina, kamu sudah punya Pacar ?, dina membaca psan chat dari Mert sedangkan mertnya tidak ada di depanya, hanya kasur kamarnya saja yang nampak.
“ya, aku sudah pacar” ketik dina dengan cepat.