"Mencegah residivisme pada ABH memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan dukungan sosial dan mental, serta program pembelajaran dan keterampilan yang disukai anak. Dukungan dari keluarga dan orang terdekat memainkan peran penting dalam membantu ABH merasa dihargai dan menyadari kesalahan mereka. Selain itu, program keterampilan yang berkelanjutan dan pengawasan yang baik dapat membantu ABH tetap berada di lingkungan yang positif dan produktif." ungkap Vita Mahasiswa Fakultas Hukum UGM angkatan 2022.
Acep menjelaskan penelitian yang dilakukan selama empat bulan dengan responden 5 ABH di Antasena bertujuan untuk melihat dampak psikologis ABH di Balai Antasena selama mereka direhabilitasi disana, dengan mengkomparasikan regulasi yang digunakan dan melihat celah dari regulasi tersebut terhadap psikologis ABH, sehingga dapat merumuskan strategi preventif agar meminimalisir terjadinya Residivis di kemudian hari. Â Publikasi ilmiah hasil riset ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko dan dampak kasus anak berkonflik dengan hukum. Informasi yang disajikan secara ilmiah dapat membantu masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun strategi yang lebih efektif untuk mencegah kejahatan oleh anak dan mendukung rehabilitasi mereka. Dengan demikian, penanganan yang tepat dan dukungan yang berkelanjutan dapat membantu ABH menjalani kehidupan yang lebih baik dan mengurangi risiko residivisme di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H