Tidak banyak menu yang saya cicipi siang itu. Lauk yang mengapit nasi di piring hanya tumis kulit melinjo, jengkol goreng kecap dan tumis daun kencur. Sudah pasti, sambil melengkapi kelezatan santap siang yang sudah kelewat jam.
Kenikmatan luar biasa, terutama pecak ikan yang saya berani berikan bintang lima, sebagai penilaian top banget. Ini bukan kali pertama saya menikmati ikan pecak di wilayah Tangerang Selatan dan sekitarnya. Tapi, rasa-rasaya saya jatuh hati pada olahan ikan pecak Pak Sastra BSD ini.
Goreng jengkolnya pun pas di mulut. Aroma dan rasa jengkol begitu bersahabat dan tidak terlalu ngotot. Begitu juga dengan kulit melinjo yang melengkapi cita rasa makan siang saat itu. Mungkin, ini karena saya doyan dengan menu sundaan. Â
Soal harga, ini juga yang membuat kebahagian berikutnya. Sangat terjangkau, untuk tidak saya mengatakan murah. Â Dengan menu yang memadati lingkaran piring, saya hanya merogoh kocek sebesar Rp 25.000. Murah bukan?
Nikmatnya lagi layanan self service yang membuat kami tak perlu lama menunggu beberapa saat hingga menu datang. Begitu sampai warung, langsung antri mengambil piring dan lauk yang sudah tersaji. Memang, menu siang itu sudah tidak lengkap lantaran kehabisan. Seperti pete, dan sambil terasi sudah tak terlihat karena habis.
Kenikmatan siang itu serasa belum pol karena belum mencicipi hidangan pete. Alasan ini juga yang membuat saya penasaran ingin kembali lagi untuk berkenalan dengan menu lainnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H