Film ini memberikan pesan kepada kita bahwa media sosial telah membuat diri kita cuek/tidak peduli terhadap lingkungan sekitar tanpa menyadarinya.Â
Kecanduan media sosial membuat kita sulit melihat dan memperhatikan hal-hal yang seharusnya diprioritaskan dalam dunia nyata, seperti kewajiban keluarga dan keinginan orang tua.
2. Harus berani untuk mengungkapkan kebenaranÂ
Dalam film ini, Bu Prani digambarkan sebagai karakter yang memiliki keberanian untuk mengungkapkan kebenaran meskipun harus menghadapi kesulitan besar.Â
Dia tidak gentar menghadapi masalah yang berat demi membersihkan namanya, bahkan saat orang-orang tidak banyak mendukungnya.
Film ini menyoroti pandangan bahwa kebenaran seringkali tampaknya dimiliki oleh sekelompok tertentu. Ada nuansa bahwa kebenaran dianggap valid berdasarkan seberapa banyak orang yang mendukung pandangan yang sama, seperti suatu bentuk adu kekuatan.Â
Seperti salah satu dialog yang diuntarkan oleh Muklas, "Bener atau salah itu perkara siapa yang paling banyak omong."
Bu Prani di film ini menunjukkan bahwa kejujuran tidak harus selaras dengan anggapan atau pandangan netizen.Â
Dalam menghadapi tekanan sosial, karakternya menunjukkan bahwa kebenaran sering kali memerlukan ketegasan dan keberanian untuk bertindak sesuai dengan apa yang diyakini benar, terlepas dari seberapa sulitnya situasi yang dihadapi.Â
3. Bijak Memanfaat Media Sosial dengan Tidak Mudah Terhasut Orang Lain.
Dalam film ini, menceritakan sebuah video berdurasi 20 detik yang menampilkan Bu Prani seakan-akan sedang memarahi dan mengumpat seorang ibu penjual kue putu. Namun, akibat provokasi yang tak bertanggung jawab dan tanpa mempertimbangkan konteks sebenanrnya, Bu Prani dan keluarganya harus menghadapi perundungan.Â