Hari raya Idul Fitri sudah lewat beberapa minggu. Serunya, undangan untuk bertemu -- halal bihalal -- masih terus berdatangan. Bisa jadi karena sudah ada lampu hijau dari Pemerintah memperlonggar aturan berkegiatan masyarakat. Sangat menyenangkan bisa bertemu keluarga, sahabat dan kawan secara langsung lagi.
Sabtu siang kemarin, teman-teman komunitas Vlomaya (Vlogger Kompasiana Pemerhati Budaya) mengadakan kumpul-kumpul. Bisa dibilang acara ini gabungan dari silaturahmi, halal bihalal, bertukar ide dan membicarakan rencana yang akan datang. Tujuan membangun kebersamaan dan saling kenal. Menjadi ajang kopdar -- kopi darat alias bertemunya anggota komunitas dengan santai dan kekeluargaan.
Berbeda dengan acara serupa yang pernah dihadiri, aku agak kaget saat tiba. Aku yang saat itu agak terlambat karena lalulintas tol Jagorawi yang padat, rupanya membuat semua yang sudah hadir menunda acara makan siangnya. Baru kaki menapak turun dari kendaraan, aku disambut godaan-godaan yang akrab. Jadi merasa bersalah juga karena masakan yang aku bawa ditunggu untuk melengkapi menu makan siang. Masakan ini pernah aku bagikan dalam tulisanku dan membuat penasaran seperti apa enaknya. (lihat https://www.kompasiana.com/ cempakaputih3815/627a7e7f7901690ec37b1682/when-i-m-fall-in-love-with).
Sumber: Koleksi Istimewa
Kumpul-kumpul ini bersifat santai dan kekeluargaan. Disitu, mayoritas yang datang belum saling pernah berumpa wajah. Kenal nama dan tulisan saja. Anehnya, guyon dan candaan yang meningkahi obrolan mengalir seru. Baru pertama bertemu, keseruan sudah terasa. Rasanya seperti bertemu kenalan lama. Bisa saling menggoda dan tertawa-tawa. Jika tak tahu, tak akan menyangka jika baru saat itu berjumpa. Obrolan mengalir lancar yang nampak ringan tapi 'berisi.'
Mengambil tempat di sekretariat sekaligus rumah pendiri Vlomaya di rumah Bogor, maka kumpul-kumpul ini kami sebut dengan cucurak. Mendengar kata cucurak sendiri, pastilah dikaitkan dengan Bogor. Â Cucurak adalah tradisi yang dikenal masyarakat Sunda di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Biasanya cucurak menjadi bagian dalam menyambut bulan Ramadhan. Dalam bahasa Sunda dialek Bogor cucurak - curak-curak berarti bersenang-senang. Bersenang-senang berkumpul denagan keluarga, sahabat dan kawan yang disertai dengan acara menikmati makanan. Dalam tradisinya, makanan yang akan disantap bersama disajikan menggunakan alas daun pisang yang berisi nasi dan lauk-pauknya. Lauk pauk yang menemani nasinyapun lama kelamaan berkembang sesuai selera.
Bermodel botram atau potluck, masing-masing yang hadir dipersilahkan membawa makanan yang menjadi andalan dari rumah jika mau. Bisa dibayangkan ragam makanan yang ada. Ada siomay dan serabi kinca -- lengkap dengan kuahnya yang pas sebagai makanan pembuka. Bagi yang suka, asinan sayurpun sudah menunggu.
Menu utama nasi putih yang hangat ditemani ayam berbumbu -- aku tak tahu namanya -- tapi enak sekali dilidahku. Ditambah ikan peda pelangi  - masakan dari ikan peda yang dicampur dengan sisiran jagung yang dipetik dari kebun sendiri. Tak ketinggalan kancing lepis alias jengkol semur pedas yang sudah dimodifikasimenjadi tidak manis seperti kebanyakan semur, menjadi menu yang ditunggu. Dilengkapi dengan pangsit goreng teman makan yang makin seru dengan bunyi keriuknya. Sambal jeruk Nagami melengkapi sajiannya. Uniknya, bumbu-bumbu dari berbagai hidangan ini dipetik dari kebun sendiri. Bayangkan sedapnya....hmm. Sedikit berbeda dari cucurak aslinya, tentu saja menu-menu itu tidak disajikan menggunakan alas daun pisang.
Sumber: Koleksi Istimewa
Setelah mengisi piring dengan nasi panas dengan teman makannya yang menggoyang lidah, dipersilahkan mencari tempat yang paling pas untuk menikmatinya. Ada yang menggerombol diseputar meja tempat makanan. Alasannya supaya mudah kalau ingin tambah. Ada yang menikmatinya sambil duduk di kursi di halaman. Yang paling seru dan diminati adalah makan di kebun disamping rumah. Alas sudah dibentangkan. Menikmati hidangan mengepul dibawah pohon serasa dikipasi oleh angin yang semilir. Tak heran kalau ada yang tiba-tiba berdiri dan mengisi ulang piring makannya menimati santapan dalam suasana asik dan jarang ini.
Kopi yang airnya dimasak dengan kayu bakar menjadi akhir yang luar biasa. Disediakan lengkap dan diseduh sendiri oleh Kang Bugi yang memang penggemar kopi. Kopi manis siap,  kopi kenek alias kopi hitam tanpa gulapun disediakan. Bagi yang tak terbiasa dengan kopi, ada rebusan daun Paliasa yang dididihkan dalam ketel tanah liat. Rasanya serupa dengan teh. Minuman ini baik untuk kesehatan, begitu yang dituturkan Kang Bugi. Jadilah kami mencobanya. Meski katanya perut kenyang, minuman-minuman ini makin sedap dengan ditemani camilan dan kue-kue yang beragam. Yang tidak suka, ada buah-buahan yang menanti juga di meja.
Sumber: Koleksi Istimewa
Itu bukan akhir dari silaturahmi saat itu. Sambil menyusur jalan kecil yang dikanan-kirinya terdapat kebun-kebun, kami menuju kali Cisadane yang mengalir dibelakang kompleks perumahan. Mata dimanjakan dengan tanaman jagung berderet rapi. Kebun ubi dengan daun menghijau segar, kami lihat pula. Tak cuma foto diri yang diambil. Foto bunga-bunga liar yang tumbuh di kanan kiri tak dilewatkan. Kamera macro disiapkan untuk mengambil detil bunga-bunga liar itu. Indah. Kebahagian kecil yang dinikmati disini, menjadi waktu healing yang asik. Menikmati hijaunya tanaman dan segarnya udara, melepas penat dan beban yang menggayut.
Yang paling seru adalah saat akan berpisah pulang. Ada yang memetik daun paliasa untuk dibuat di rumah. Dipersilahkan membawa sebanyak yang bisa dibawa. Ada yang membawa pulang bibit tanaman yang membuat pecinta tanaman tersenyum lebar. Seperti biasa, ada wadah plastik tersedia. Bagi yang ingin membekal makanan yang banyak itu juga dipersilahkan. Bisa pilih sendiri apa yang disuka untuk dibawa. Â Benar-benar curak-curak hari ini. Senang-senang mendapat pengalaman baru. Teman baru. Insight baru yang memperkaya wawasan. Menjadi makin kenal, makin akrab dan semoga juga makin rajin menulis.
Uuh..tak sabar rasanya menanti saat pertemuan yang seru berikutnya.
Salam sehat
Winni Soewarno
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI