Mohon tunggu...
Winni Soewarno
Winni Soewarno Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa yang sedang belajar menulis

Perempuan yang sedang belajar menulis dan mengungkapkan isi kepala. Kontak : cempakapt@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menengok Kartini dalam Uang Kertas Indonesia

21 April 2022   08:00 Diperbarui: 21 April 2022   08:06 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Delinavit uang 5 Rupiah tanda tahun 1952. Sumber: uang-kuno.com

Gambar ular naga pada uang 5 Rupiah tanda tahun 1952. Sumber: uang-kuno.com
Gambar ular naga pada uang 5 Rupiah tanda tahun 1952. Sumber: uang-kuno.com

Ular adalah simbol yang dipercaya oleh nenek moyang akan adanya kehidupan dunia atas dan dunia bawah. Ular bertugas untuk menjaga dan melindungi kesucian pohon kehidupan. Untuk melindungi pohon ini dari terik matahari dan hujan, digambarkan juga bentuk serupa pola payung.

Penanda tangan uang ini adalah Gubernur Bank Indonesia Mr. Indra Kasoema dan Mr. Safrudin Prawiranegara. Uang ini dicetak oleh Johan Enschede & Zonen dan kemudian oleh NV. Pertjetakan Kebayoran.

Kartini dalam bagian depan uang 10 ribu tahun 1985. Sumber: Koleksi pribadi
Kartini dalam bagian depan uang 10 ribu tahun 1985. Sumber: Koleksi pribadi
Uang berikutnya dengan wajah Kartini adalah uang kertas 10.000 Rupiah  yang dikeluarkan pada tahun 1985. Uang ini ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia Arifin M. Siregar dan Direktur BI Sujitno Siswowidagdo. Dicabut dari peredaran pada tanggal 25 September 1995. Delinavit uang ini adalah Sudirno dari Perusahaan Percetakan Uang RI.

Bagian belakang uang 10 ribu tahun 1985. Sumber: Koleksi pribadi
Bagian belakang uang 10 ribu tahun 1985. Sumber: Koleksi pribadi

Yang menarik, di bagian belakang uang ini digambar seorang perempuan menggunakan toga. Tangan kanannya memegang bendera , tangan kirinya memegang sebuah teks yang nampaknya sedang dibaca. Sesuatu yang tak terbayangkan terjadi pada masa Kartini. Perempuan bisa mendapat kesempatan dan peluang yang sama untuk mendapatkan pendidikan. 

Perempuan dalam toga ini, menyiratkan pengakuan keberhasilan pendidikannya. Sebuah impian Kartini yang tidak terwujud kala itu. Terbaca dari catatan Kartini pada tanggal 8/9 Agustus 1901, perempuan tak punya kesempatan mendapatkan pendidikan, tak punya peluang memimpikan masa belajar dan sekolah.

 “Cita-cita??” Pahit, kata saya “kami anak-anak perempuan Jawa tidak boleh mempunyai cita-cita! – Kami hanya boleh mempunyai satu cita-cita, memimpikan satu impian : hari ini atau besok akan dikawinkan dengan orang yang dipandang baik oleh orangtua!”. 

Jika Kartini masih ada, mungkin tak akan percaya kalau mimpinya menjadi nyata. Masa ini, semua perempuan mendapatkan hak yang sama untuk mengenyam pendidikan. Hal ini tergambar secara baik  di bagian belakang uang ini. Tak cuma bagi perempuan Jawa, semua perempuan Indonesia berkesempatan sama.

Selamat belajar dan berkarya perempuan Indonesia. Sukseslah menjadi Kartini masa kini dalam bidangmu masing-masing.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun