Seketika ibu muncul di hadapanku. Ibu menghampiriku dan ayah, untuk memberikan jajanan. Sambil menyebrang dia berteriak "Maaf ya sudah membuat kalian menunggu lama," dengan senyuman di wajahnya yang begitu ceria.Â
Disaat ibu mau menyebrang, tiba-tiba datang mobil yang sangat lajunya dan, "Aaaaaaaaa!" Pekikan suara itu membuatku terdiam. Ya, mobil itu menabrak ibuku. Terdiam, hening, semua orang disana menghampiri ibu.
Ibu meninggal di tempat detik itu juga. Aku tak bisa melakukan apapun dan bahkan aku tak bisa bergerak di saat itu. Menangis mengeluarkan tetesan air mata penyesalan. Aku bergumam 'Apa yang telah aku perbuat.'
Ibuku langsung dikuburkan hari itu. Ayah sibuk mengurusi tamu yang terus berdatangan. Sementara aku menangis sederas-derasnya di kamarku.
'Ini penyesalan terbodoh dalam hidupku,' Gumamku.Â
"Jareddddddd!" Ocehan yang setiap hari aku dengar, kini hilang dengan sangar. Teriakkan suara itu tak kunjung timbul dari permukaan. Rinduku pada ocehan itu, sangatlah dalam. Karena ocehan itulah yang selalu menyanyi dalam pikiranku.Â
Waktu terus berjalan. Aku tak mampu menghabisi kenangan disaat itu. Meski hari sudah mau malam, suara itu terus membayangi di langit-langit benakku.Â
Berlarut dalam kesedihan itu perih rasanya. Ayah membujukku dan berkata "Relakan ibumu, biarkan dia pergi dengan tenang. Ingatlah dia selalu dalam setiap doamu." Aku diam tak berkutik sedikitpun dari ucapan ayah tersebut.Â
Karena saking berbekas di kepala ini. Masih tersusun rapi dalam mataku setiap detik dalam kejadian itu. Kepergiannya masih terngiang-ngiang.Â
Malam-malam pun tiba. Tapi aku tidur dalam kesuraman dan gelisah. Tak tenang bahkan aku terngiang-ngiang bayangan ibuku.Â
Tersentak aku terbangun di pukul 03.00 pagi. Tiba-tiba saja muncul asap di depanku membentuk sesosok wanita muncul dan tersenyum kepadaku.Â