Mohon tunggu...
celotehyori
celotehyori Mohon Tunggu... -

menyukai segala hal tentang psikologi dan seksulaitas manusia. Bisa kepoin di http://celotehyori.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sadari Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual Sedini Mungkin

27 Juni 2017   19:33 Diperbarui: 28 Juni 2017   11:06 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelecehan seksual merupakan segala bentuk perilaku yang mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan seksual. Perilaku tersebut dilakukan oleh seseorang maupun kelompok pada salah satu pihak yang menjadi korbannya sehingga menimbulkan suatu reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung maupun respon negatif lainya.

Sebagaimana kita tahu, tidak ada seorang pun yang mau menjadi korban dari tindakan pelecehan seksual. Namun sayangnya, ketidaktahuan membuat seseorang sangat berpeluang menjadi korban. Yap! Terkadang kita semua tidak sadar, saat beraktivitas sehari-hari bisa saja kita melakukan sesuatu atau bahkan seseorang melakukan sesuatu pada kita yang sebenarnya merupakan suatu tindakan pelecehan seksual. 

Nah, banyak sekali dari kita yang sulit membedakan sebenarnya apa saja yang tergolong tindakan pelecehan seksual. Pada prinsipnya, pelecehan seksual sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pelecehan secara verbal, nonverbal, maupun secara fisik. Supaya lebih mudah memahaminya, berikut ini penjelasan secara lengkapnya.

Pelecehan Seksual Verbal

Pelecehan seksual secara verbal ini biasanya berupa ucapan ataupun ungkapan yang disampaikan oleh seseorang maupun segerombolan orang terhadap korbannya. Misalnya:

  • Menggoda atau mencemooh hal-hal yang sifatnya seksual yang diucapkan pada seseorang sehingga membuatnya tidak nyaman. Seperti memberikan komentar yang berlebihan tentang bentuk tubuh yang membuat seseorang menjadi tidak nyaman.

Pelecehan Seksual Nonverbal

Pelecehan jenis ini cenderung tidak melalui ungkapan langsung, namun berupa tindakan-tindakan yang menunjukkan gestus secara seksual yang ditujukan pada seseorang yang bersifat seksual. Misalnya:

  • Menyentuh bagian intim seseorang
  • Memperlihatkan alat kelamin serta menggesek-gesekkannya ke tubuh orang lain
  • Menunjukkan gerak-gerik yang mengarah ke hal-hal yang bersifat seksual, seperti menatap bagian tubuh tertentu secara seksual

Pelecehan Seksual Fisik 

Sedangkan pelecehan seksual secara fisik sudah berupa kontak fisik secara seksual pada orang lain. Misalnya, menyentuh bagian tubuh seseorang tanpa seizin orang tersebut, meraba-raba seseorang saat tertidur, dll.

Saat seseorang yang mengalami pelecehan seksual terus dibiarkan, maka peluang untuk mengalami kekerasan seksual menjadi sangat tinggi misalnya seperti pemerkosaan atau penyerangan secara seksual. Sayangnya hal ini sangat rentan terjadi pada seseorang yang memiliki karakter yang rendah diri. Sebab, seseorang yang rendah diri cenderung tidak berani melakukan perlawanan maupun melaporkan tindak pelecehan pada orang lain yang dapat memberikan pertolongan.

Tidak pelecehan seksual sebenarnya bisa terjadi dimana-mana, baik tempat umum seperti di transportasi umum, mall, sekolah, pasar, kantor dan tempat ibadah maupun tempat pribadi seperti rumah. Dan sayangnya, banyak sekali pelaku pecehan seksual dilakukan oleh orang-orang terdekat korban.

Menurut data dari Komnas Perlindungan Anak, bahwa 62% pelecehan seksual anak dan remaja terjadi di lingkungan sekolah maupun keluarga dan pelakunya kebanyakan masih memiliki hubungan kerabat dengan korbannya. Hasil riset KPAI mengungkapkan pelakunya bisa jadi orangtua, saudara laki-laki maupun perempuan, tetangga, hingga guru. Sedangkan menurut data Komnas Perempuan, rata-rata setiap harinya sebaganyak 35 perempuan mengalami pelecehan hingga kekerasan seksual. Kebanyakan kekerasan seksual pada perempuan dilakukan oleh orang terdekat seperti pacar atau suami.

Banyak sekali dampak yang dialami korban pelecehan serta kekerasan seksual baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Dampak yang dapat dilihat langsung biasanya berupa dampak fisik seperti cidera tubuh, memar-memar, dll. Namun dampak yang sangat fatal lebih dari fisik ialah dampak secara mental maupun sosial. Dari penelitian menunjukkan sebaganyak 79 % korban mengalami trauma psikologis yang mendalam yang dapat mengganggu fungsi serta perkembangan otak.

Secara analisa psikologisnya, saat ada seseorang yang mengancam otoritas tubuh kita, maka secara naluriah muncul keinginan untuk melarikan diri untuk bisa mempertahankan hidup. Pada kondisi ini membuat tubuh mengeluarkan banyak energi untuk melakukan bentuk mempertahankan diri seperti reaksi kabur atau bahkan melawan balik. 

Perilaku defence mechanism ini secara tidak sadar bereaksi dalam tubuh yang menimbulkan suatu konsleting dalam pikiran. Sehingga seseorang dapat mengalami trauma, disosiasi, depresi, post traumatic stress disorder (PTSD), hypoactive sexual desire disorder (HSDD), ataupun dampak lain yang berasal dari tanggapan bawah sadar saat aksi kekerasan terjadi. Dampak psikologis ini juga sangat berpengaruh pada kehidupan sosial korban yang menjadi terganggu seperti menjadi menutup diri, takut, malu berhubungan dengan orang lain, dll.

Pastinya kita semua tidak mau mengalami hal-hal di atas kan? Karena proses penyembuhan korban kekerasan seks sangat panjang, bahkan bisa sampai bertahun-tahun lamanya. Oleh karena itu hal yang bisa kita lakukan ialah dengan melakukan pencegahan. Salah satu hal yang penting dalam mencegah pelecehan seksual ialah dengan memahami kelemahan dalam diri sendiri. Saat kita memahami apa yang menjadi kelemahan diri sendiri, maka kita akan senantiasa memperbaiki diri. Misalnya salah satu kelemahan wanita ialah merasa lemah dan tidak berdaya, dengan menjadi lebih berani maka peluang terjadi pelecehan seksual akan semakin kecil. 

Kita dapat meningkatkan keberanian dengan belajar untuk mengatakan tidak saat ada gerak gerik seseorang yangmengarah pada pelecehan seksual, atau bisa juga dengan berlatih kemampuan membela diri. Dengan latihan bela diri, maka secara perlahan tingkat percaya diri serta keberdayaan diri ikut meningkat. Banyak hal lain yang bisa dilakukan seperti menghindari tempat-tempat sepi atau tempat-tempat yang memiliki peluang terjadinya tindak pelecehan seksual.

Setiap orang memiliki peluang mengalami tindak pelecehan seksual. Namun saat kita telah melakukan pencegahan sedini mungkin bisa jadi peluang tersebut semakin kecil dan kita dapat terhindar dari kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan.

Jangan salah loh, ini salah satu bagian dari pendirikan seksual lho.. Semoga bermanfaat yaa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun