Satu atau beberapa kali dalam hidup, kita pasti pernah berhutang.
Ya ngga sih? Apa cuma saya doang ya? Hahaha.
Yah, namanya hidup kan ngga selalu lapang ya? Pasti ada saat-saat sempitnya.
Kalau masalah uang, apalagi yang jadi saat-saat sempit selain ngga punya uang plus ada kebutuhan mendesak?
Berhutang pun jadi salah satu alternatif solusi.
Yang jadi masalah disini, berhutang itu ternyata ngga cuma sekedar meminjam uang. Tapi kita juga menggadaikan kebebasan kita.
Dampak psikologis dari berhutang ini juga ngga main-main. Berat (kalau kata Dilan, biar kamu aja yang nanggung, hehehe).
Kita bisa depresi, mudah marah-marah, malu, rendah diri, banyak lah. Ngga mudah buat menanggungnya.
Terus kalau sudah terlanjur berhutang, kita harus gimana?
Cara-cara keluar dari belitan hutang, biarlah para pakar finansial saja yang memberi saran-saran jitu. Disini saya cuma mau berbagi tentang bagaimana menyikapi atau menanggung dampak psikologisnya.
Cara menanggung dampak psikologis dari berhutang
Seperti yang saya bilang, dampak berhutang ini ngga main-main. Berat.
Saya coba berbagi sedikit yang saya tahu. Kalau ada yang mau menambahkan, dipersilakan.
- Pikirkan aset yang bisa dijual untuk menutupi hutang.
Biasanya kita stres kalau ngga tahu bagaimana cara menutup hutang tersebut. Tapi, kalau kita masih punya aset yang nilainya lebih dari hutang itu, pikirkan untuk menjualnya.
Ngga perlu benar-benar menjual, kita bisa berusaha mencari jalan lain untuk menutupi. Tapi, menjual aset ini adalah senjata pamungkas kita.
Jadi kita tahu, ngga akan terjadi gagal bayar karena kita bisa menjual aset itu.
Hati tenang, pikiran jernih, kita bisa berpikir logis untuk bisa keluar dari jeratan hutang ini.
- Berkomitmen untuk membayarnya.
Tapi tetap harus dibayar kan?
Berkomitmenlah untuk mau membayarnya walaupun harus dicicil.
Hemat sedikit lah. Dapat THR, pakai buat menyicil hutang.
Dapat bonus, pakai buat menyicil hutang.
Jangan lantas tergoda untuk memberi barang-barang yang lain karena ada uang banyak ditangan.
Ingat kewajiban dulu.
- Jagalah kepala tetap dingin.
Tapi jaga kepala tetap dingin.
Kenapa?
Karena kita perlu kepala kita untuk berpikir jernih.
Logis.
Untuk mencari cara keluar dari jeratan hutang ini.
Terus masukkan kata-kata positif untuk membuat kita optimis bisa melunasinya.
- Bercerita sama orang lain kadang bisa membantu.
Kalau ngga, yah paling ngga kita bisa berkeluh kesah.
Siapa tahu dia bisa memberi solusi logis yang kita ngga lihat sebelumnya.
Biasanya orang luar lebih bisa melihat masalah kita karena mereka ngga terlibat di dalamnya.
- Beranilah.
Ngga mau lihat tagihan kartu kredit, misalnya.
Jangan lakukan ini. Berani lah.
Sadari kalau kita terlilit hutang.
Menyangkal hanya akan membuat masalahnya semakin pelik.
- Menyesal itu bagus.
Menyesal lah. Itu bagus.
Artinya kita sadar apa yang kita lakukan itu salah.
Tekadkan untuk ngga mengulangi kesalahan yang sama. Ngga jatuh ke dalam lubang yang sama.
- Hadapi perasaan malu.
Minder? Ngga perlu.
Orang lain juga sama. Mungkin malah lebih besar.
Tanya orang-orang yang sudah berhasil keluar dari masalah yang sama, apa kiat-kiat mereka?
Kalau malu sama yang menghutangi?
Jaga hubungan baik dengan orang yang menghutangi. Jaga kepercayaannya. Jangan kecewakan.
Selama dia percaya, rasa malu bisa sedikit berkurang.
Sedikit sih, hehehe.
- Jangan sekali-kali berbohong dan ingkar janji.
Kalau manusia?
Kepercayaan itu mahal. Jangan disia-siakan.
Kepercayaan itu adalah modal kita berhutang selanjutnya, eh salah.
Maksudnya, kita ngga pernah tahu kapan kita akan perlu bantuan lagi.
Dengan adanya kepercayaan, bantuan yang mungkin kita butuhkan itu bisa lebih mudah didapatkan.
Kalau dapat rejeki, bayar saja hutang dulu.
Perkara kita berhutang lagi nanti, itu masalah belakangan.
Yang penting, kita terlihat berusaha melunasi kewajiban kita.
Ini akan lebih dihargai.
***
Terbebas dari jeratan hutang, ngga cuma masalah ekonomi semata.
Katanya, terbebas dari hutang sama dengan terbebas dari gelisah, stres, depresi, dan banyak emosi negatif lainnya.
Bersyukurlah yang selama hidupnya tidak punya hutang.
 (Kang Galuh, berhutang?)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H