Mohon tunggu...
John Dion
John Dion Mohon Tunggu... -

"Dum spiro spero" Memaknai kumpulan titik-titik inilah yang aku coba untuk menghadirkan otakku untuk yang haus akan arti dan makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Runtuhnya Benteng Moral Anak Bangsa

22 April 2017   10:46 Diperbarui: 22 April 2017   20:00 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Catatan dibalik banyaknya persoalan bangsa saat ini

Indonesia adalah negara yang kaya, baik dari segi adat – istiadat, budaya, agama pun dari segi alamnya. Hal ini merupakan anugerah terbesar yang mungkin tidak dimiliki oleh bangsa lain di belahan dunia ini. Sekalipun adat, budaya dan agama yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia sangat banyak dan tentunya beragam, namun kita mesti sepakat bahwa semuanya syarat akan nilai – nilai kemanusiaan yang mesti dipelihara sebagai kekayaan moral bangsa yang mesti diwariskan kepada generasi penerus bangsa ini. 

Namun pada kenyataannya, kekayaan bangsa inilah yang sekarang sedang diperbincangkan berbagai kalangan setelah membandingkan nilai – nilai luhur kemanusiaan yang terdapat dalam konteks adat, budaya dan agama yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia dengan kenyataan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini yang justru berlawanan dengan hal tersebut. Kesenjangan ini yang merupakan inti persoalan kita; bahwa dalam konteks ini, agama, dan budaya pun kadang dijadikan tameng untuk membenarkan perilaku yang kadang berlawanan dengan nilai- nilai keagamaan serta budaya itu sendiri.

Berbagai macam persoalan bangsa yang muncul saat ini tidak terlepas dari runtuhnya nilai moral anak bangsa. Beberapa hal yang bisa kita identifikasi seperti tingginya kasus korupsi yang sangat terstruktur di lingkungan pemerintah maupun swasta, tingginya kasus seks bebas dan aborsi dikalangan anak dan remaja, tingginya kejadian human traficking dan penindasan, banyak terjadi penipuan, tingginya angka kematian akibat pembunuhan, perampokan dan pengrusakan, banyak terjadi pelecehan dan diskriminasi berkedok agama, tingginya angka perjudian, pemakaian narkoba, pemalsuan ijazah, pendidikan abal – abal dan segala macam tindakan kriminal lainya adalah cermin akan runtuhnya nilai kemanusiaan manusia bangsa ini. 

Dari sekian banyak persoalan di atas, bahkan yang lebih menyayat hati adalah tingginya keterlibatan tokoh agama, tokoh adat serta tokoh pendidikan serta orang – orang terdidik dalam pusaran kasus – kasus tersebut. Kenyataan inilah yang menjadikan persoalan moral sebagai titik kritis dalam perjalanan membangun bangsa kita ke depan.

Sekolah: gagal mendidik!!

Sekolah adalah tempat menimbah ilmu pengetahuan. Segala konsep dalam konteks dunia modern selalu didapat dan dimulai dari sekolah. Hal inilah yang menjadikan sekolah sebagai pusat pergerakan dunia modern yang kedudukanya setelah manusia itu sendiri. Kenyataan saat ini menggambarkan bahwa konsep modernisasi hanya meninggalkan segudang soal dalam kehidupan manusia. Lalu, apakah ini merupakan indikasi dari kegagalan dalam mendidik? Jawabanya ada pada benak kita. Namun yang jelas bahwa saat ini sekolah lebih berlomba dalam mencerdaskan otak dengan berbagai macam kegiatan, aturan – aturanya lebih mengarah kepada peningkatan kecerdesan intelektual semata. 

Hal ini tentunya sangat mudah diukur dan hanya dilihat dari prestasinya saja sementara soal moral sangat erat kaitanya dengan agama dan adat – istiadat. Sekolah gagal menanamkan nilai – nilai tersebut pada anak didik, sehingga jangan heran jika saat ini banyak penjahat, pencuri bahkan pembunuh terdidik yang merupakan lulusan sekolah – sekolah dan perguruan tinggi  terbaik. Berbicara soal mendidik di sekolah tentunya sangat berhubungan dengan peran guru. 

Saat ini guru pun disoroti karena banyak guru yang tidak bisa menjadi tokoh anutan anak didiknya, bahkan yang lebih sadis adalah mengajarkan anak didiknya melakukan tindakan tak terpuji melalui kebiasaan harianya yang melanggar nilai moral. Berbicara tentang mendidik tentunya tidak hanya berkoar – koar di depan kelas akan tetapi mendidik dengan berperilaku baik agar lebih mudah dicontoh.

Keluarga: Lupa akan tugas?

Rumah adalah tempat yang sangat baik dalam menjalankan proses belajar setiap penghuninya. Karena keluarga memiliki anggota dengan perannya yang berbeda dan memiliki kedekatan yang sangat erat antara satu dengan yang lainya maka layaklah rumah sebagai tempat belajar yang kondusif. Di rumah itulah segala hal bisa dipelajari, setidaknya jika sekolah lebih berorientasi pada kecakapan intelektual maka rumah adalah tempat bagi anak untuk belajar berperilaku dan bermoral. Dewasa ini, banyak orang tua yang menjadikan rumahnya sebagai sebuah sekolah kedua bagi anaknya. 

Anak – anak ditugaskan untuk ikut les tambahan, belajar seharian, bereksperimen dan lebih banyak berinteraksi dengan benda sehingga lupa bahwa interaksi antar manusia adalah cara belajar yang paling efektif dalam mempelajari cara – cara bagaimana memanusiakan manusia. Sebagai contoh: bayangkan saat ini ketika anak sudah memiliki komputer atau HP dan sejenisnya, anak tersebut lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menggunakan alat elektroniknya, lebih banyak belajar dari internet yang tidak ada peringatan moralnya seperti menonton film porno, dll, dan tidak memiliki waktu bersama orang tua, saudara dan teman – temanya. Berbicara tentang rumah dan pembelajaran di rumah, sangat erat kaitanya dengan orang tua. 

Kalimat sederhananya adalah orang tua harus bisa jadi guru, jadi penasihat, dan jadi orang yang bisa mengatur semua kehidupan anggotanya sebab tanggungjawab orang tua bukan hanya dengan memenuhi kewajibannya memberikan makan bagi anaknnya. Jika orang tua lebih berharap pada sekolah sebagai tempat untuk mengubah mental anak, sekarang berkacalah pada kejadian seperti banyaknya orang yang bergelar panjang namun tidak bermoral dan banyaknya orang yang memiliki gelar berlebel moral yang justru tidak bermoral.

Berbicara soal cara mengatasi persoalan bangsa saat ini bukan dengan cara berorasi di media dan didepan orang banyak tentang konsep kehidupan berbangsa, sebab sudah jelas tersirat dalam ke-5 sila Pancasila dan UUD 1945; namun lebih berorientasi pada pendidikan anak bangsa yang bisa mengubah mentalnya agar lebih mengedepankan nilai – nilai moral dalam bertindak sehingga tidak akan terjadi lagi persoalan yang sama di kemudian hari. Saat ini dibutuhkan komitmen dan peran yang serius dari pemerintah, sekolah dan keluarga untuk melaksanakanya, namun yang lebih penting lagi bahwa tindakan ini harus dimulai dari rumah sebagai sekolah moral yang paling utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun