Mohon tunggu...
Celly Stella
Celly Stella Mohon Tunggu... Desainer - I'm a designer

Hi!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Layakkah DKV Disebut Ilmu?

9 Juni 2018   08:24 Diperbarui: 9 Juni 2018   08:52 1384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: youthmanual.com)

Di jaman sekarang ini, banyak kita melihat iklan televisi, poster dan baliho di jalan-jalan, website, kemasan produk, dan lain-lain. Produk tersebut dibuat oleh orang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif atau biasanya yang orang-orang sebut biasanya sebagai desainer Desain Komunikasi Visual.

Sebagian besar orang banyak yang belum mengetahui apa itu jurusan Desain Komunikasi Visual. Banyak juga yang menghakimi bahwa jurusan ini tidak mempunyai prospek yang bagus untuk kedepannya. Lalu, apakah benar bahwa jurusan Desain Komunikasi Visual itu tidak bagus dan tidak berprospek tinggi?

Secara etimologis kata desain berasal dari kata designo (Itali) yang artinya gambar (Simon Jervis, 1984). Sedangkan desain menurut Mikke Susanto (2011:102), merupakan rancangan / seleksi atau aransemen dari elemen formal karya seni; ekspresi konsep seniman dalam berkarya yang mengkomposisikan berbagai elemen dan unsur yang mendukung.

Komunikasi berarti menyampaikan suatu pesan dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) melalui suatu media dengan maksud tertentu. Komunikasi sendiri berasal dari kata Communication = Communis = Common = yang berarti umum atau bersama. (Adi Kusriyanto 2006:4) Visual bermakna segala sesuatu yang dapat dilihat dan di respon oleh indera kita yaitu mata. Berasal dari bahasa latin Videre yang artinya melihat yang kemudian dimasukan ke bahasa Inggris Visual.

Sehingga, Desain Komunikasi Visual bisa dikatakan sebagai seni menyampaikan pesan (arts of communication) dengan mengomunikasikan pesan atau informasi kepada pembaca dengan berbagai kekuatan visual, seperti typography, ilustrasi, warna, garis, layout, dan sebagainya dengan bantuan teknologi. (Rakhmat Supriyono 2010:9). Rata- rata desainer Desain Komunikasi Visual harus menempuh pendidikan formal, seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) maupun Perguruan Tinggi.

SMK DKV mengalami perkembangan yang sangat cepat di Indonesia . Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) Kemendiknas saat ini sangat progresif dalam mengembangkan sekolah-sekolah jurusan DKV bahkan kampanye pun sedang gencar dilakukan melalui iklan televisi. Perguruan Tinggi DKV di Indonesia juga mengalami peningkatan yang drastis terhitung sejak tahun 1990.

Berdasarkan data Direktorat Akademik Direktur Jenderal Perguruan Tinggi Kemdiknas RI di tahun 2008-2009 menunjukan Perguruan Tinggi S-1 DKV di Indonesai ada 45 Universitas dengan mahasiswa mencapai 14.000 lebih. Sedangkan Perguran Tinggi D-3 DKV mencapai 11 Universitas dengan sekitar 1.400 lebih mahasiswa.

Permintaan yang sangat tinggi terhadap pendidikan DKV menjadikan banyak perguruan tinggi baik negeri maupun swasta membuka program studi ini. Hal ini dikarenakan berkembangnya teknologi informasi, media dan gaya hidup. Dalam benak anak muda sekarang, bekerja di bidang kreatif salah satunya menjadi seorang desainer komunikasi visual merupakan sesuatu yang keren.

Selain itu, kondisi ini juga didukung oleh trend ekonomi kreatif yang juga sedang banyak digencarkan oleh berbagai negara di dunia. Pemerintah Indonesia pun turut pengembangan ekonomi kreatif ini dengan telah menyelesaikan Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 pada tahun 2008 dan saat ini tengah menggiatkan program-program yang telah digariskan.

Desain Komunikasi Visual dapat dikatakan jurusan yang paling muda bila dibanding jurusan-jurusan lainnya. Hal ini dikarenakan Desain Komunikasi Visual juga merupakan sebuah ilmu yang relatif masih muda yaitu berkembang sekitar tahun 1950an, sehingga jauh berbeda dibanding jurusan-jurusan lain seperti matematika yang lahir sebelum  masehi. Desain Komunikasi Visual baru populer di Indonesia pada tahun 1980-an berkembang dari perluasan desain grafis.

Desain Komunikasi Visual menurut Cenadi (1999:4) mempunyai 3 fungsi dasar, yaitu fungsi dasar pertama sebagai sarana identifikasi Setiap benda atau produk haruslah mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk itu dan mudah dikenali, baik oleh produsennya maupun konsumennya. Fungsi kedua sebagai sarana informasi dan instruksi.

Desain Komunikasi Visual bertujuan menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya, dan informasi tersebut akan segera dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, dalam media yang dapat dimengerti, dan dipresentasikan secara logis dan konsisten. Fungsi terakhir yaitu Desain Komunikasi Visual sebagai sarana presentasi dan promosi . Promosi sebagai sarana menyampaikan pesan, maka dibutuhkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat.

Berdasarkan pengalaman pribadi, saya dan banyak orang disana awalnya tidak diperbolehkan untuk masuk ke jurusan Desain Komunikasi Visual dikarenakan banyak stigma-stigma buruk yang ada di jurusan itu. Banyak para orang tua, maupun teman-teman saya yang berkata bahwa kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual itu tidak mempunyai prospek tinggi, hidupnya angin-anginan (kadang dapat uang, kadang tidak). Padahal prospek kerja Desain Komunikasi Visual itu sangat luas dan sangat dibutuhkan di jaman sekarang.

Banyak orang yang menganggap bahwa Desain Komunikasi Visual hanya membuat gambar saja, mahasiswanya hanyalah tukang gambar dan tidak perlu untuk sampai kejenjang perkuliahan. Namun, Desain Komunikasi Visual tidaklah semudah itu, tidak hanya menggambar tapi juga membuat ide dengan memadukan dengan elemen-elemen DKV.

Apakah DKV bisa disebut sebagai ilmu?

Saya mencoba memahami hal ini dengan sudut pandang orang lain. Dalam menunjang artikel ilmiah ini, peneliti mewancarai lima orang, empat diantaranya mahasiswa luar jurusan DKV dan satu guru SMP dengan menggunakan pedoman wawancara berupa pertanyaan tertulis. Empat  dari lima  orang yang saya ajak sharing mengenai DKV ternyata memiliki pemahaman atau pandangan yang sedikit berbeda. Pemahaman berbeda kemungkinan terjadi karena penekanan pengetahuan yang dipelajari juga berbeda.

Salah satu mahasiswa Kimia memahami DKV sebagai sebuah model yang muncul dari orang yang kreatif atau seni  untuk menyampaikan pesan atau informasi berupa visual kepada orang lain. Sebuah karya seni yang kreatif lebih mudah dan lebih cepat ditangkap/dipahami oleh penerima pesan. Pandangannya dan pengetahuan adalah dua hal yang berbeda, bahkan ia paham kalau ilmu dapat dibedakan menjadi ilmu yang ilmiah dan ilmu yang non ilmiah.

Ilmu yang ilmiah adalah ilmu yang diperoleh melalui langkah-langkah metode ilmiah/sistematika dan kebenarannya dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Sedangkan ilmu non ilmiah lebih ke arah humaniora. Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita tahu dari apa yang kita tangkap melalui indra, baik indra mata, telinga, hidung, lidah dan kulit. Maka pengetahuan dari orang yang satu dengan yang lain sangat relatif dan kebenarannya tidak dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.

Dengan demikian menurutnya, sebuah pengetahuan bisa dikatakan sebagai ilmu ketika pengetahuan tersebut dapat dibuktikan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan kebenaranya dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Berdasarkan pengetahuannya maka DKV bisa dikatakan sebagai ilmu tetapi ilmu yang non ilmiah.

Menurut salah satu mahasiswa Farmasi, DKV adalah suatu rancangan sistem yang bertujuan untuk menyampaikan informasi pada subjek tertentu melalui suatu media yang dapat dilihat secara nyata oleh mata. Pendapatnya didasarkan pada apa yang diketahuinya tentang pengertian desain, komunikasi dan visual. Perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan menurutnya adalah, ilmu merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga dapat menghasilkan metode untuk menjelaskan fenomena tertentu.

Di sini terkesan rancu karena metode atau langkah-langkahnya sudah tersusun secara sistematis untuk membuktikan kebenaran fenomena yang ada.  Bila tiap langkah sudah dilakukan dengan benar dengan memperhatikan berbagai variabel( variabel control, variabel bebas dan variable terikat), akan dihasilkan sebuah teori atau ilmu yang benar secara ilmiah. Sedangkan pengetahuan merupakan suatu pemahaman akan suatu hal yang didapatkan melalui penglihatan atau pengalaman.

Penekanannya di pengetahuan adalah semua yang diketahui/dipahami melalui indera sebagai suatu pengalaman adalah pengetahuan. Maka yang membedakan antara ilmu dengan pengetahuan adalah jika berbagai pengetahuan dimiliki dapat disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan suatu metode untuk menjelaskan suatu fenomena maka pengetahuan tersebut dapat disebut sebagai ilmu.

Kaitannya dengan DKV apakah bisa dikatakan sebagai sebuah ilmu, ia mengatakan bisa dikarenakan DKV mempunyai metode untuk mengkomunikasikan suatu informasi sesuai dengan kondisi masyarakat yang dituju. Metode yang dipakai ini maksudnya adalah cara membuat suatu objek visual untuk menyampaikan informasi dikalangan tersebut.

Jadi DKV seperti sudah mempunyai cara membaca trend di masyarakat. Ia memaknai metode di sini sebagai sebuah strategi bagaimana caranya bisa menyampaikan informasi ke pihak lain dengan tepat. Strategi yang sama dilakukan untuk masyarakat dengan latar belakang yang berbeda, pada waktu dan tempat yang berbeda menurut penulis hasilnya juga akan berbeda.

DKV menurut salah satu mahasiswa Politik Pemerintahan adalah proses simbiolisasi dari sebuah konsep untuk menyalurkan ide, atau lebih besarnya ideologi, yang dikerangkai dengan visual atau penggambaran yang bisa dilihat oleh mata. Desain = symbol = konsep. Konsep yang kemudian diimplementasikan menjadi simbol dari sesuatu yang akan diangkatnya.

Dari desain orang mengerti tema besar atau konsep apa yang akan dibawakan sebuah acara misalnya desain dapat berupa banyak hal, sebagai contoh desain adalah penataan gambar, grafik, permainan warna, letak, dll. Secara tegas ia mengatakan kalau desain sangat krusial dan sebagai tameng utama untuk branding.

Sebagai mahasiswi politisi pemerintah paham betul betapa pentingnya DKV dalam kehidupan bermasyrakat dan bernegara bagaimana cara menyampaikan ide dan ideologi supaya cepat mencapai sasaran. Wawasan tentang perbedaan antara ilmu dengan pengetahuannya dengan yang lain mirip.

Menurutnya, ilmu disusun secara sistematis sedangkan pengetahuan tidak tersusun secara sistematis. Sehingga ketika ia harus menjawab apakah DKV itu bisa disebut sebagai ilmu maka jawabannya adalah "Ya, tentu sangat bisa". DKV menurutnya dibentuk dari konsep-konsep yang dirumuskan atas dasar pengetahuan kemudian dirangkai menjadi ilmu.

Konsep ini maksudnya adalah ketika kita akan melakukan sesuatu dan butuh banyak orang, maka butuh simbol agar orang terikat. Lalu visual adalah hal yang menarik untuk mengikat orang. Lalu jadilah ilmu DKV. DKV itu sistematis, ada cara, ada sistem dan ada proses. Dalam hal ini penulis melihat keraguannya jika dikaitkan dengan pemahamannya tentang ilmu dan pengetahuan.

Salah satu mahasiswa Perpajakan tidak tahu yang dimaksud dengan DKV, meskipun begitu ia memahami pengertian desain, komunikasi dan visual. Apa yang ia pahami tentang pengertian desain, komunikasi dan visual tersebut telah mengantar ke pengertian DKV yang senada dengan beberapa pendapat yang lain di atasnya.

Pendapatnya mengenai perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan, ia menekankan kalau ilmu sudah sampai pada kesimpulannya sedangkan pengetahuan tidak sampai kekesimpulan. Ilmu adalah kumpulan dari ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dan berguna bagi sesama. Ketika ditanya apakah DKV bisa disebut sebagai ilmu  "ya, karena DKV memberikan manfaat bagi sesama" Jadi menurutnya semua yang berguna bagi kehidupan manusia dan penekanannya sampai pada sebuah kesimpulan adalah ilmu.

Pendapat salah seorang guru SMP mengenai DKV yaitu ada kemiripan dengan beberapa pendapat di atas. Menurutnya desain adalah sebuah rancangan/gambaran guna merealisasikan model/kemasan/bentuk dari suatu objek sederhana menjadi lebih kompleks sehingga objek tersebut menjadi lebih menarik, lebih berguna dan lebih berharga. Komunikasi adalah hubungan atau perpaduan dari dua atau lebih objek dimana satu dengan yang lain saling melengkapi/menyempurnakan baik langsung maupun tak langsung.

Visual adalah segala sesuatu yang dapat diamati dan diukur secara kualitatif dengan menggunakan indera mata. DKV adalah rancangan bentuk/kemasan sebuah objek agar menjadi lebih menarik dan berdaya guna bagi peningkatan mutu kehidupan masyarakat. Yang berbeda dengan yang lain adalah pemahamannya tentang ilmu dan pengetahuannya. Ia mengartikan ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh dari hasil uji praktik yang kebenarannya dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.

Seluruh usaha sadar bertujuan untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Rumusan-rumusan pasti ini yang disebut dengan langkah-langkah metode ilmiah yang meliputi:

  1. Menemukan masalah
  2. Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
  3. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
  4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
  5. Kesimpulan

Pengetahuan adalah semua informasi yang membekas di otak sebagai hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh semua alat indera. Sehingga pengetahuan bisa diperoleh dari melihat/menonton/membaca dengan mata, dari mendengar sesuatu dengan telinga, dari mencium berbagai bahan kimia gas melalui hidung, kita tahu berbagai bahan perisa karena lidah dan kita tahu perubahan sekitar melalui kulit.

Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara benar atau berguna. Ketika ditanya perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan adalah ilmu bukan hanya sebatas pengetahuan tetapi ilmu merupakan rangkuman dari sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang sudah disepakati yang tersusun secara sistematik atas dasar hasil uji praktik yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.

Pengetahuan bisa dikatakan sebagai sebuah ilmu apabila pengetahuan tersebut diperoleh dari penelitian yang ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah metode ilmiah dan berakhir sampai pada sebuah kesimpulan. Pada prinsipnya ilmu bagian dari pengetahuan yang sistematik, rasional, konsisten, konfrehensif dan juga memiliki sifat umum tentang fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bertitik tolak dari pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan DKV, maka ia berani berpendapat lain soal DKV.

Menurutnya DKV tidak bisa dikatakan sebagai ilmu atau bisa dikatakan sebagai cabang dari sebuah ilmu pengetahuan yakni cabang ilmu desain tapi hanya pengetahuan saja, karena DKV memadukan berbagai pengetahuan yang sudah ada tanpa melakukan eksperimen dengan menggunakan langkah-langkah metode ilmiah yang berakhir pada sebuah kesimpulan.

DKV hanya merupakan cabang dari ilmu desain yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, teknik dan media dengan memanfaatkan elemen-elemen visual ataupun rupa untuk menyampaikan pesan untuk tujuan tertentu (misalnya tujuan informasi ataupun tujuan persuasi yaitu mempengaruhi perilaku). Yang menarik dari sini adalah seorang mahasiswa DKV harus bisa mengolah pesan tersebut secara efektif, informatif dan komunikatif.

Dari berbagi pendapat di atas, satu dengan lainnya saling melengkapi. Penulis paham dengan keberagaman jawaban karena adanya latar belakang yang berbeda pula. Penulis setuju kalau DKV adalah cabang ilmu desain karena di sini mahasiswanya dituntut untuk mengembangkan berbagai pengetahuan dalam bentuk bahasa visual (bermain gambar), mengolah pesan (bermain kata) keduanya untuk tujuan sosial maupun komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada kelompok lainnya. Visual berwujud kreatif dan inovatif, sementara inti pesan harus komunikatif, efisien dan efektif saling mendukung agar tersampaikan dengan baik pada sasaran.

Selain itu penulis melihat bahwa cakupan pekerjaan Desain Komunikasi Visual sangat luas, misalnya mulai dari label produk / makanan, desain logo yang mencitrakan sebuah lembaga atau perusahaan (branding), paket promosi dan kampanye sebuah program, hingga membuat iklan di media massa, dsb.

Menurut penuturan dari beberapa orang yang coba saya wawancarai, hampir semua orang mengatakan bahwa DKV adalah ilmu, dan satu orang mengatakan bahwa DKV hanya pengetahuan karena tidak melibatkan metode ilmiah didalamnya. Empat orang yang mengatakan DKV sebagai ilmu adalah para kaum intelektual yang telah mendapat pengetahuan filsafat ilmu saat di bangku perkuliahan. Namun, pada kenyataannya para desainer hanya memakai riset permukaan yang tidak terlalu mendalam saat akan membuat karya seni, sehingga tidak sampai pada metode ilmiah.

Riset yang dilakukan hanyalah pada objek-objek yang dianggap mewakili keseluruhan. Walaupun begitu, ada beberapa karya seni yang juga memakai metode ilmiah dalam risetnya. Oleh karena itu, DKV bukanlah ilmu, namun hanya pengetahuan saja. Metode yang dilakukan DKV bukanlah metode ilmiah, tetapi metode atau cara melihat, merasakan, mendengarkan agar bisa berbuat sesuatu atau menghasilkan sesuatu yang berguna untuk dunia. 

Sebenarnya ilmu dan pengetahuan itu berbeda namun saling berhubungan bila dinilai lebih baik yang mana.  Keduanya saling berkaitan erat dan sama-sama mampu membawa perubahan bagi dunia. Ilmu membutuhkan pengetahuan agar inovasinya dapat diterapkan di dunia secara efektif. Begitu pula dengan pengetahuan. Pengetahuan juga membutuhkan ilmu agar proses kreatifnya dari yang diketahui mampu menjangkau semua segi kehidupan.

Oleh sebab itu, ilmu dan pengetahuan tidak akan mungkin dipisahkan dan berdiri sendiri. Bila hal itu dipaksa untuk berdiri sendiri, maka itu semua tidak akan banyak merubah dunia. Supaya keduanya bergerak bersama (sinergis) maka muncul istilah ilmu pengetahuan. Maka DKV bisa dikatakan cabang ilmu pengetahuan (pengetahuan desain) atau cabang ilmu desain, tetapi DKV bukan ilmu yang murni berdiri sendiri.

Pendidikan yang bukan dari dasar ilmu pengetahuan seperti DKV bukan berarti adalah jurusan yang rendah karena tidak melibatkan metode ilmiah. DKV merupakan pengembangan dan perpanduan dari berbagai pengetahuan. Seperti contohnya adalah pengetahuan seni, pengetahuan sosial, pengetahuan bahasan, dan lain -- lain. Sehingga, DKV dengan caranya sendiri mampu merancang ide dalam memecahkan permasalahan di sekitar masyarakat dengan menekankan daya tarik visual melalui penggabungan pengetahuan -- pengetahuan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka DKV adalah cabang dari ilmu desain yang mempelajari cara berkomunikasi, teknik atau cara mengungkapkan dan sarana-sarana atau media visual untuk menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi orang lain.

Daftar Pustaka

Simon, Jervis. 1984. The Penguin dictionary of design and designers. London: A. Lane

Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Yogyakarta: Dicti Art & Djagat Art House.

Supriyono, Rakhmat . 2010. Desain Komunikasi Visual-Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Adi Kusrianto. 2006. Panduan Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Cenadi, Christine Suharto. 1999. Nirmana dalam Desain Komunikasi Visual. Surabaya: Yayasan Kanisius.

Wibowo, Hastjarjo Boedi. 2011. Relasi antara Perguruan Tinggi  Desain Komunikasi Visual (DKV) di Indonesia  dengan Industri DKV. HUMANIORA. Vol.2 No.1: 662-674.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun