Mohon tunggu...
Cello Faith
Cello Faith Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Saya adalah seorang Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi yang tertarik dengan bidang videography dan juga editing.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Literasi di Kalangan Anak-Anak Remaja

22 Desember 2023   12:27 Diperbarui: 22 Desember 2023   13:29 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Literasi adalah hal yang sering dibicarakan, terutama di zaman sekarang di mana literasi menjadi sangat penting. Ini karena literasi memiliki peran besar dalam kehidupan masyarakat dan dapat memengaruhi kemajuan suatu negara. Sebuah negara dianggap maju jika penduduknya memiliki kemampuan literasi, yang pada dasarnya mencakup keterampilan membaca dan menulis.

Kemampuan literasi sendiri kini memiliki banyak arti, tetapi pada dasarnya mencakup keterampilan membaca dan menulis. Perkembangan teknologi yang pesat juga memengaruhi konsep literasi, dengan munculnya istilah seperti literasi informasi, literasi media, literasi komputer, dan literasi mata pelajaran. Meskipun istilah-istilah ini berbeda, intinya tetap pada pentingnya keterampilan membaca dan menulis.

Secara tradisional, literasi dianggap sebagai kemampuan membaca dan menulis, yang berarti seseorang dianggap literat jika bisa membaca dan menulis atau tidak buta huruf. Namun, seiring berjalannya waktu, konsep literasi menjadi lebih kompleks, mencakup keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Definisi literasi juga semakin luas, melibatkan berbagai bidang penting lainnya.

Remaja itu bagian dari masyarakat, dan mereka punya peran penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Saat masa remaja, kita mengalami perubahan besar dalam pikiran dan perasaan. Nah, perubahan ini dipengaruhi banget sama lingkungan sekitar kita. Kalo nggak diperhatiin atau dibimbing dengan baik, perubahan ini bisa bikin kita jadi nggak sesuai sama aturan dan nilai-nilai yang ada di masyarakat kita.

Jadi, biar remaja bisa mengatasi perubahan ini, pemerintah mendorong pelajaran literasi. Tujuannya supaya remaja bisa lebih paham dan pintar, baik dari segi pikiran maupun perasaan. Jadi, mereka bisa berperan dengan baik dan berhubungan sosial yang positif di masyarakat (Mussen C. K., 1969).[1]

 

Perubahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perluasan penggunaan literasi, perkembangan teknologi informasi, dan perubahan dalam pemahaman konsep. Perubahan konsepsi literasi ini telah terjadi setidaknya dalam lima generasi. Adapun kelima generasi perkembangan literasi tersebut adalah sebagai berikut. (Deswita, 2006)[2]

 

  • Masa perkembangan awal.

Literasi saat ini adalah kemampuan menggunakan bahasa dan gambar secara kreatif untuk membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, melihat, menyajikan, dan berpikir kritis. Fungsinya adalah menghubungkan individu dengan masyarakat, menjadi alat penting untuk pertumbuhan dan partisipasi aktif dalam masyarakat demokratis.

 

  • Masa perkembangan kedua.

Saat ini, konsep literasi dikarakteristikkan oleh pandangan yang menghubungkannya dengan situasi sosial dan budaya. Ini mengartikan literasi sebagai praktik sosial serta prestasi berpikir yang tidak terlalu rumit.

 

  • Masa perkembangan ketiga.

Pengertian literasi semakin diperluas seiring berkembang pesatnya teknologi informasi dan multimedia. Dalam konteks ini, literasi diperluas ke dalam beberapa jenis elemen literasi, misalnya visual, auditori, dan spasial daripada kata-kata yang tertulis.

 

  • Masa perkembangan keempat.

Dalam generasi keempat ini, literasi telah dipandang sebagai konstruksi sosial dan tidak pernah netral. Hal ini dikarenakan, posisi seorang penulis meliputi banyak aspek seperti keyakinan mereka, nilai-nilai, sikap, posisi sosial (seperti usia, ras, kelas, dan etnis), dan pengalaman (seperti pendidikan, bahasa, dan perjalanan).

 

  • Masa perkembangan kelima.

Istilah literasi dalam generasi kelima ini dapat dikenal dengan istilah multiliterasi. Istilah tersebut mengandung pengertian sebagai keterampilan menggunakan beragam cara untuk menyatakan dan memahami ideide dan informasi dengan menggunakan bentuk-bentuk teks konvensional maupun teks inovatif, simbol, dan multimedia.

 

Tujuan Literasi :

Sebagai sebuah hal baik, tentu saja kegiatan ini memiliki tujuan, antara lain:

  1. Dengan melakukannya, tingkat pemahaman seseorang untuk mengambil kesimpulan serta informasi yang diterima akan menjadi semakin baik
  2. Dapat membantu orang berpikir dengan lebih kritis, tidak cepat bereaksi (impulsif)
  3. Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan membaca
  4. Membantu menumbuhkan dan mengembangkan nilai budi pekerti seseorang

 

Selain memiliki tujuan, kebiasaan baik ini juga memiliki jenisnya tersendiri, antara lain (Bangsa, 2022). [3]

Literasi Media 

Literasi yang pertama adalah media. Media merupakan kemampuan seseorang untuk memahami sejumlah bentuk media. Tidak hanya memahami bentuk media, kemampuan ini juga bisa membuat seseorang menyerap informasi yang disampaikan media, sehingga bisa memilih mana yang baik serta buruk.

 

Literasi Dasar

Untuk literasi dasar, merupakan kemampuan dasar dalam membaca, mendengarkan, menulis dan berhitung. Tujuannya ialah mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membaca, berhitung, menulis serta berkomunikasi dengan sesama.

 

Literasi Teknologi

Literasi ini merupakan kemampuan untuk mengetahui dan memahami berbagai hal yang erat kaitannya dengan teknologi seperti hardware dan software. Bukan hanya itu, dapat memahami serta menggunakan internet yang baik dan benar sekaligus etika dalam menggunakan teknologi.

 

Literasi Perpustakaan 

Literasi ini merupakan kemampuan untuk memahami serta membedakan karya tulis yang memiliki bentuk fiksi dan non fiksi. Selain itu, juga memahami cara menggunakan katalog serta indeks, dan kemampuan memahami informasi saat membuat sebuah karya tulis maupun karya ilmiah.

 

Literasi Visual 

Terakhir adalah literasi visual. Visual merupakan pemahaman yang lebih dalam untuk menangkap dan mengimplementasi sebuah makna dari informasi yang memiliki bentuk gambar atau visual. Literasi ini ada karena muncul pemikiran bila sebuah gambar bisa dibaca dan memiliki makna, artinya dapat dikomunikasikan dari proses membaca.

 

Peringkat minat baca anak-anak dan remaja di Indonesia mulai mengalami penurunan karena mereka cenderung lebih sering menghabiskan waktunya untuk melihat sosial media dan bermain game. Kemudian, salah satu penyebab dari penurunan tersebut yaitu kurangnya sarana dan prasarana berupa buku-buku bacaan sehingga generasi milenial jarang untuk dikenalkan dengan kegiatan membaca di luar sekolah. Hal ini berdampak pada stigma individu yang memandang bahwa membaca akan sangat membosankan, merepotkan, dan tidak menyenangkan untuk dilakukan sehari hari (Herlina, 2013).[4]

 

Berikut adalah ciri-ciri per-kembangan berpikir remaja pada umumnya :

Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan

Tidak sedikit remaja yang dengan mudah menjustifikasi tentang kebenaran atau kekeliruan yang diterimanya melalui informasi yang dianggapnya benar. Dalam hal ini, secara tidak langsung, remaja telah beradu dengan pikirannya sendiri. Jika hal tersebut dibiarkan, dalam artian tidak mau menerima informasi lainnya yang sudah tentu kebenarannya, maka pola pikirnya pun akan terbentuk sesuai dengan keyakinan akan informasi tersebut.

 

Mampu merumuskan perencanaan strategis atau pengambilan keputusan

Semakin banyak informasi yang diperoleh, maka semakin luas juga wawasan remaja. Dengan demikian, remaja mampu merumuskan suatu perencanaan yang baik juga mampu dalam pengambilan keputusan. Dengan membiasakan diri untuk membaca, maka membuat daya pikir remaja tidak tertungkung dengan satu informasi atau pemahaman saja. Dengan demikian, daya pikirnya pun semakin berkembang dan bervariatif. Berkembang dan bervariatifnya daya pikir tersebut, tentu akan mem-buat remaja lebih mudah dalam pengambilan suatu keputusan. Hal ini tentu dibarengi dengan alasan-alasan yang kongkret, yang remaja itu pahami. Mereka juga akan lebih kritis dalam menyikapi segala kemungkinan atas opini yang mereka tampung, sehingga hal tersebut dapat membuat mereka lebih matang dalam membuat suatu perencanaan-perencanaan di kehidupan mereka. (Aini, 2018)[5]

 

Selain latihan imajinasi, literasi juga bisa mengajarkan mereka cara berpikir kritis. Banyak informasi yang mereka terima bikin mereka pengen terus cari lebih dalam, jadi bisa buat hipotesis sendiri. Dengan berhipotesis, mereka jadi lebih jeli dan teliti dalam menanggapi setiap informasi. Ini berpengaruh ke kecerdasan cara berpikir mereka yang semakin berkembang.

 

Jadi, hasilnya, mereka bakal jadi lebih hati-hati dan sistematis dalam ngeliat setiap informasi atau masalah yang mereka hadapi sehari-hari.

 

Berdasarkan pembahasan di atas, bisa disimpulkan bahwa pembelajaran literasi bermanfaat banget buat mengembangkan pikiran dan perasaan remaja. Dengan banyaknya pengetahuan dari literasi, mereka bisa jadi lebih bisa mengendalikan diri dengan baik. Intinya, kalau literasi jadi budaya dalam diri remaja, pikiran dan perasaan mereka bakal lebih teratur.

 

Ini jelas keuntungan buat remaja karena mereka jadi bisa ngelola perubahan dan perkembangan diri, terutama dalam berpikir dan merespons emosi. Makanya, penting banget untuk gencar-gencar ngajarin literasi di sekolah dan masyarakat. Dengan punya kemampuan literasi, artinya remaja, dan masyarakat pada umumnya, lebih siap dalam menghadapi perkembangan globalisasi yang semakin pesat. Akibatnya, mereka bisa lebih bijak dalam mengontrol diri terhadap setiap informasi yang mereka dapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun