Mohon tunggu...
Celli Rossa
Celli Rossa Mohon Tunggu... Blogger -

Writting Is My Life

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lika Liku Politik Jelang Ajang Demokrasi

19 Juni 2018   01:09 Diperbarui: 19 Juni 2018   16:27 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan jangan jadikan alasan ketidaksempurnaan seseorang, sehingga membuat kita jadi golput. Satu hal yang perlu kita sadari dan ingat, pemimpin itu juga sama seperti kita, ia juga manusia yang tidak sempurna, punya banyak kekurangan dan kelemahan, dan tentu saja tidak ada seorangpun manusia yang sempurna di dunia ini.

Kita juga perlu tahu bahwa tiap orang itu berbeda-beda dalam banyak hal: karakter dan kepribadian, cara memimpin, cara kerja, sistem kerja, cara memanage anak buah, cara mengambil keputusan, reaksi dan respon dalam bertindak, dan lain-lain. Ia juga punya keinginan, pendapat dan cara pandang yang berbeda-beda juga.

Jadi kita tidak bisa memaksakan kehendak, kemauan, pendapat, pemikiran, keinginan kita pada mereka.

Golput itu bisa juga dikarenakan karena kita memikirkan apakah pemimpin yang akan kita pilih itu bisa atau tidak mewujudkan dan menjawab semua kebutuhan, harapan, keinginan dan impian kita. Menurut saya, memang lebih baik dipilih pemimpin yang track recordnya jelas dan yang sudah berpengalaman di bidangnya, dan hasil kerjanya terbukti.

Tapi apa setelah pemimpin yang kita inginkan dan harapkan terpilih, misalkan suatu saat di tengah-tengah perjalanan kariernya, tiba-tiba dia membuat kita kecewa, karena tidak sama dan sesuai dengan apa yang kita harapkan, dan menurut penilaian kita, dia telah melakukan suatu "kesalahan" dalam pengambilan keputusan atau langkah, apakah secara otomatis, kita akan berhenti untuk mendukungnya?

Kalau saya, sebelum saya sampai pada langkah untuk menjudgenya telah melakukan kesalahan dan telah gagal menjadi pemimpin, saya akan telusuri, pelajari, dan pastikan terlebih dahulu, apa keputusan dan tindakannya itu dapat dikategorikan melanggar aturan dan hukum yang sedang berlaku atau tidak, ini point utama dan pertama yang penting untuk dipertanyakan. Atau semua itu hanya karena perbedaan cara pikir dan cara dalam menyelesaikan masalah saja.

Kalau dia memang jelas-jelas terbukti bersalah, kalau saya secara pribadi, karena saya sudah memilihnya, tentu saja. saya juga harus siap terima konsekuensi dan resiko atas semua pilihan saya.

Jadi saya akan ambil sikap untuk tetap mendukungnya, tapi saya juga akan ambil langkah untuk memberinya masukan, mengingatkan dia dengan cara sopan, memberi kritikan yang membangun dan bukan menyerang dengan kritik yang menjatuhkan, agar dia bisa menjadi pemimpin yang lebih baik lagi dari hari kemarin. Dan jika karena tindakannya itu, dia sampai terkena sanksi hukum, saya persilahkan petugas hukum yang handle kasus ini.

Tapi kalau itu semua karena perbedaan cara pikir dan cara menyelesaikan masalah, saya akan berusaha bersikap senetral mungkin, dan mencoba memposisikan diri saya di posisinya, mulai mempelajari apa alasan dan penyebab yang mendasari dan membuat ia mengambil keputusan dan langkah tersebut, serta kira-kira hal apa saja yang menjadi bahan pertimbangannya dalam mengambil keputusan. Jadi saya mulai bisa mengerti dan memahami kenapa dia harus mengambil keputusan dan bertindak seperti itu.

Kesimpulan yang bisa saya ambil, menginginkan yang terbaik dalam segala hal, termasuk ingin memiliki pemimpin terbaik, itu tidak salah, tapi tentu saja, pemimpin terbaik itu tidak bisa kita dapatkan secara instant, tapi melalui waktu dan proses yang panjang, dan kita juga harus ambil bagian membantunya untuk menjadikannya pemimpin yang terbaik.

Jadi jangan golput, pilihlah pemimpin yang kita rasa tepat dan memenuhi beberapa kriteria kita, juga ikuti kata hati kecilmu saat memilih. Tidak ada seorangpun yang sempurna, termasuk kita dan pemimpin yang akan menjadi pilihan kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun