Kualitas bahan makanan, mutu peralatan makan, tempat yang bersih dan nyaman, dekorasi restoran yang cantik lalu dilayani butler dan chef khusus, penyebab harga makanan melambung.
Warga hedon suka makanan mewah karena gengsi. Tapi saya mengenal para pemilik hotel, makanan sehari-harinya gado-gado, ikan nila goreng, sayur asem.
Zaman now, santapan yang penting kaya nutrisi, makanan mahal tak selalu sehat juga. Terutama penyebab kadar kolesterol meningkat.
Selama blusukan, sesekali sales perlu makan siang bersama pebisnis, direktur, manajer, decision maker, sekertaris, booker dari suatu perusahaan.
Mentraktir langganan di luar hotel tanda kita ingin mendekatkan diri selain wujud menghargai telah meluangkan waktu bertemu di tengah kesibukan.
Sales yang rajin menabur, ya banyak jua tuaian. Pebisnis yang royal, akan dikerumuni pelanggan loyal.
Saya mengamati, pelanggan yang terikat the golden rules internal perusahaan, sangat berhati-hati memenuhi ajakan.
"Ah, makan dimana Rei, di hotel aja," usul Bu Shirley, Marketing Communication perusahaan terkenal. Jangan sampai undangan makan disebut wujud gratifikasi.
Menerima undangan makan siang bukan bentuk balas budi, justru sebaliknya ketika di meja makan, benang kusut dapat terurai, gunung es mencair. Kembali semangat membereskan masalah ruwet diantara kedua belah pihak.
Tradisi makan siang bersama, akan dilakukan kawan yang sehati dan sepikiran. Anda pernah makan semeja dengan rival? Bagaimana rasanya?