Para pendatang lokal Jabodetabek bisa pulang pergi ke Bandung. Mau ikut lomba gowes, lomba nyanyi, melukis, kontes anjing pudel, kontes burung beo di Bandung, pakai KCJB. Ah, tak sabar menanti.
Menurut Ketua Association of Indonesian Tours & Travel Agensies (ASITA), Budijanto Ardiansjah seperti yang diulas Kompas.id, dengan adanya KCJB akan banyak para wisatawan yang pagi pergi, pulang sore, katanya.
Tempat wisata untung, pengusaha kuliner, toko oleh-oleh sudah pasti bungah. "Tapi bagaimana dengan hotelku?", ujar pebisnis hotel.
Ini pula yang disampaikan Herman Muchtar, Ketua PHRI Jabar. "Bisa jadi hotel sepi. Sekarang aja tingkat hunian 1,7 hari, seharusnya 2 hari lho".
Artinya per orang berpotensi menginap selama 1,7 hari saja yang seharusnya rata-rata 2 hari menginap di Bandung.
Mengomentari kerisauan itu, inilah teropong industri hotel di Bandung menyambut hadirnya si kereta cepat:
1. Prioritas market online
Pebisnis hotel di Bandung tak perlu kuatir hotelnya sepi. Meski Bandung tak selengang dulu, Bandung tetap akan menjadi tujuan favorit para wisatawan.
Mau ke Gunung Tangkuban Perahu, ke Kebun Strawberry di Lembang, kuliner di The Peak, Taman Hutan Raya, theme park The Great Asia Africa, ke Saung Angklung Udjo, keliling kota pakai mobil pribadi memang lebih leluasa.
Hotel-hotel di Bandung mesti lebih gencar di pasar online. Karena itu peran e-commerce sangat penting. Lagi-lagi Online Travel Agent (OTA), website, medsos, media online menjadi titik fokus.
Hotel bintang 3, 4 akan subur tuaian. Hotel bintang 5 tetap dengan marketnya tersendiri.