Awalnya pasar segmentasi terbentuk berdasarkan kepentingan akan kebutuhan hotel. Hotel di airport tak perlu dilengkapi ballroom yang aduhai indah dan besar. Untuk apa?
Karena itu hotel airport minim segmen corporate, government. Sebaliknya pasar yang ramai datang dari OTA, direct reservation dan walk-in.
Setiap hotel di lokasi yang berdekatan, memiliki segmen pasar yang sama. Ada hotel yang pasar unggulannya corporate. Banyak pula hotel yang segmen favoritnya government atau pemerintah.
Persaingan terbesar ada di antara segmen corporate dan government sebab kedua segmen ini berpotensi melambungkan pendapatan tambahan dari meeting, banquet, social event, rapat kerja, seminar, work shop, distributor gathering, pameran.
Sejak pandemi, awal terguncangnya gangguan finansial, hotel mulai irit. Alasan meeting offline beralih ke jaringan online. Para konsultan, manager, pejabat yang keluar kota pun mengurangi kunjungan kerja.
Segmen pemerintah rata-rata menjadi kontributor terbesar di setiap hotel. Karena itu jika pemerintah mengeluarkan kebijakan pengetatan anggaran, dampaknya terasa ke seluruh bidang bisnis termasuk industri hospitality.
Kontribusinya lumayan besar. Bahkan di beberapa hotel menggantungkan pencahariannya kepada segmen yang sering jadi rebutan ini.
Hotel tipe bisnis berpendapatan rata-rata sekitar 35% hingga 40%. Bila bandingkan dengan segmen corporate yang rata-rata kontribusinya 20% hingga 25% dari pendapatan hotel.
Apalagi hotel ngetop di tengah kota, jalan kaki ke mal, dekat area kuliner, hotel yang berlokasi strategis menjadi incaran peserta meeting.
Lokasi hotel yang strategis menjadi lirikan setiap pendatang. Namun berdasar pengalaman dan pengamatan, di hotel-hotel di Medan, Surabaya, Pontianak, Bandung, persentase segmentasi ini selalu menjadi unggulan.
Sejak dulu memang kementerian, instansi, pemda menjadi pasar favorit. Sering jadi rebutan. Slow but sure, pasti ada saja bisnis yang digelontorkan.