Konon jaman dahulu, renternir mendatangi keluarga dari pintu ke pintu menawarkan pinjaman. Bunganya mencekik. Mengisap darah bagai lintah darat.
Sekali berhubungan takkan sanggup melepaskannya. Bagai lintah menyedot darah. Kini lintahnya, wujud pinjol dari perusahaan abal-abal alias bodong.
Berkaca pada kasus Dena, meskipun menuai komentar negatif, anehnya iklan dari berbagai pinjol bak cendawan selepas hujan.
Lebih aneh lagi, walau peminjam terperangkap, masih banyak yang tergiur iklan. Jika taruhannya nama hancur mencoreng reputasi, anda masih mau?
Mengapa ke pinjol abal-abal?
Telah menjadi rahasia umum, bahwa cara mendapatkan uang yang super gampang, ke pinjol saja. Dalam hitungan sekian menit, langsung terkonfirmasi.
Selain itu ketertarikan peminjam disebabkan:
1. Kebutuhan mendesak. Karena butuh, tidak sadar, bunga pinjaman berlipat-lipat.
2. Gali lubang tutup lubang. Untuk menutupi hutang pertama, yaitu pergi ke pinjol lain. Begitu seterusnya.
3. Karena iseng berbuntut petaka
Dear teman, sadarkah saat anda tergiur si pinjol yang dalam hitungan menit, uang mengalir ke rekening anda, itulah awal dari kesukaran?
Jika anda tak mampu untuk membayar tepat waktu. Juga tidak didukung pemasukan yang lancar, mengapa pinjam?
Anda tidak dibenarkan jika kabur, melarikan diri dari si penghutang sampai kapanpun. Sama dengan rentenir yang berkeliling bagai singa mencari mangsa. Jalan satu-satunya membayar sampai lunas.
Nah, inilah yang tidak dimunculkan di media. Anda masih tergiur jika iklan itu berbunyi "Jika tak mampu bayar, kami akan teror anda dimanapun dan kapanpun!"
Sebagai hotelier marketing, saya paham benar rasanya menagih hutang.
Saya pernah menagih hutang kepada pelanggan yang selalu tarsok, entar besok. Jawabannya selalu itu-itu saja. Jangan sangka, tim marketing bebas tekanan saat dihadapkan masalah piutang ini lho.
Bisa jadi taruhannya, tim dipotong gaji gegara langganan yang wanprestasi, lalai, tidak tepat waktu. Akarnya karena tim penjual adalah yang bernegosiasi lalu memutuskan.
Tomat busuk, campakkan saja. Dimanapun, pasti ada saja pelanggan yang kepala batu, ingkar janji dan wanprestasi.