Jam makan siang, jangan harap ia mengajak kita walau BM, bayar masing-masing. Saya penasaran, tanya sana sini, siapa tahu ada sedikit info tentangnya.
"Yah, begitulah. Dia gak gaul. Gak usah basa-basi sama dia!" tutur Dea, akunting manager.
"Oh.."
Tujuh hari terlewati, sikap Hilary tetap sama. Dingin dalam pergaulan. Baru pertama kali inilah saya mengenal pribadi yang dingin dan beku bagai es batu.
Sekali omong, kita bisa mati kutu. Kata-katanya tanpa tedeng aling-aling, tajam, setajam silet. Langsung ke tujuan dan irit. Konon sudah 2 kolega resign karena tak tahan.
Senyum gak pernah, apalagi candaan. Menyapa jarang, apalagi ngobrol. Seakan kantor miliknya.
Kita kan di dunia hospitality, Sob! Kok perangai kurang sejalan. Amat kontradiktif.
Kena batunya
Suatu ketika, Pak Amir pemilik hotel di wilayah Sumatra menelpon CEO.
"Sir, jangan suruh Hilary datang kemari. Saya minta yang lain saja," itu permintaannya. Konglomerat itu enggan didatangi Hilary yang bete, jutek.
Pak Amir terus terang enggan bertemu Hilary. Kalimat selanjutnya sederet keluhan terhadap sikapnya yang arogan.
"Gak bisa itu. Orang asing yang bekerja di Indonesia, harus bisa bahasa Indonesia," begitu tutur Pak Amir pada bos.
Hilary kepala batu, malas belajar bahasa. CEO yang juga asal Perancis saja, paham dan lancar berbahasa walau terbatas bahasa pergaulan.