Sebulan lalu, saya menulis "Mengapa Penggerebekan Sering Terjadi di Berbagai Hotel Melati" di Kompasiana.
Tulisan ini mendapat viewer 1882, 90 rating dan 43 komentar. Saya berhutang untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Kompasianer Ibu Hennie Triana dan Ibu Nana Marcecilia.
Pertanyaan itu dapat dibaca pada bidik layar berikut.
Saya pun berjanji, suatu saat harus menjawabnya. Kini saya siap dengan jawaban itu.
Hotel Melati. Namanya cantik karena nama bunga. Bentuknya terdiri dari 5 belahan, seperti baling-baling.
Namun ada pula yang menyamakan bunga melati dengan rupa bintang. Ya, bintang kejora di langit.
Bunga melati yang menyerupai bintang itu akhirnya disematkan pada hotel melati. Namun ini hanya dugaan pada pembicaraan mulut ke mulut.
Tidak diketahui jelas siapa penyemat pertama. Kemungkinan tercipta dan digaungkan sejak zaman baheula pada era Presiden Soeharto.
Sekiranya ada pembaca yang mengetahui penemuan ini, sila beri komentar ya. Terima kasih
Omong-omong tentang hotel melati, saya tertarik berbagi pengalaman menginap di hotel jenis ini. Pengalaman ini pertama kali terjadi.
Tujuh tahun lalu, saya pernah berkeliling ke pelosok-pelosok karena kagum akan alam di wilayah Kalimantan.
Tak terasa saya tiba di ujung Kalimantan Tengah yaitu daerah Kuala Pembuang Satu, Kabupaten Seruyan Hilir.
Hari menjelang magrib, sorot matahari terbenam sangat indah. Warnanya kemerahan, bersih. Untuk pertama kalinya saya takjub memandang sorot matahari terbenam.
Tiba di kabupaten Seruyan, penduduk cukup padat.
Sebelumnya, kami tak berniat bermalam. Namun karena hari sudah senja dan sopir pun lelah, jadilah kami bermalam.
Hotel ini adalah satu-satunya yang terbaik di tempat itu. Bertipe hotel melati satu (1). Tepat di depan hotel, ada toko kelontong. Saya membeli sandal dan sabun mandi di toko itu.
Luas kamar 12 m2. Mandi dengan gayung dan wadah air di ember. Di kamar terdapat kursi, meja kecil dan televisi tabung.
Coba kita tengok tempat tidurnya, seperti matras, keras dan tipis sekali.
Esok harinya, pagi-pagi benar kami bangun. Di kantin, tersedia nasi goreng dan telur goreng untuk sarapan.
Harga kamar itu Rp 200.000 net per kamar/malam, termasuk sarapan untuk 2 orang.
Kami siap melanjutkan perjalanan. Sampai jumpa Kuala Pembuang...
Begitulah sekilas pengalaman menginap di hotel melati untuk memenuhi ruang tulisan yang amat singkat ini.
Semoga Ibu Hennie Triana dan Ibu Nana Marcecilia senang hati menerima melatiku.
Terima kasih dan salam hospitality.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H