Di tanah lapang luas berumput itu, kami menggelar tikar. Hari masih pukul 06:00, mentari mulai muncul. Di tepian lapang, pepohonan rimbun meneduhi rumput.
Rombongan pemotong kurban telah siap. Panitia sibuk mengambil foto. Aku pun sibuk mengatur seluruh keperluan.
Hotel fully booked semalam. Tamu-tamu mulai turun ke lapang ingin menyaksikan. Mereka, penduduk lokal yang merantau di kota Jakarta, Balikpapan, Samarinda.
Proses pemotongan kurban pun usai. Semua panitia bekerja. Pembagian tugas teratur dan rapi. Tugasku menimbang daging kurban sebanyak 1 kilogram per kantong.
"Setiap 50 bungkus, kita pisahkan ya Ren. Tempatnya di sini," kata Bayu.
"Hitungannya mulai dari awal untuk setiap meja," jelasnya.
Pak Deni memotong-motong daging menjadi bagian kecil. Bayu menaruh daging ke plastik. Aku yang menimbang dan menghitung.
Tak terasa, pukul 11:00, acara hampir usai. Panitia melimpahkan pembagiannya pada Pak RT dan Pak RW.
"4,5,6...... Masih tersisa banyak Pak," saya melapor.
"Begini saja, karena berlebih, kita bagikan RT tetangga. Jadi ada 2 RT terbagi," Perintah Pak Deni.
Khusus panitia diberi jatah 2 kilogram per orang. Seluruh staf yang hadir sebanyak 150 orang, mendapat daging kurban.