Tubuh yang tidak sehat tak dapat dipaksa melakukan pekerjaan dengan optimal. Seorang kawan yang tergolong usia belia di bagian engineering, mengalami stroke pada tubuhnya. Kakinya harus ditopang penyangga untuk berjalan. Telah meraba-raba tepi kain, sudah sakit payah.
Manajemen tetap mempertahankannya. Ia dipindah ke bagian laundry hingga sekarang. Manajemen yang baik selalu berupaya agar setiap karyawan bekerja efektif. Namun perusahaan yang tamak, habis manis sepah dibuang. Semoga tiada lagi di zaman sekarang.
Seorang karyawati di level manajemen, kawan saya juga, menghadapi tekanan karena pekerjaan. Berdalih gaji yang tambun, apapun dipertahankan agar bertahan di posisi itu. Apa hendak dikata, malang tak dapat ditolak, ia harus resign karena sakit pendarahan.
"Saya stres banget setelah datang pimpinan baru, dia selalu bete!", ujarnya. Untung dirinya sadar, ternyata lingkungan kerja toksik penyebab dirinya sakit.
Cara santun izin sakit
Mendapatkan surat izin sakit tidaklah sulit. Yang sulit adalah meninggalkan tumpukan pekerjaan kepada tim.
Cara santun izin sakit ke kantor:
Menelpon atasan
Bila ia sibuk, lalu diminta menelpon kembali, kirim teks via WA atau e-mail. Jangan lupa cc kepada Human Resources Manager (HRD).
Hindari untuk tidak menyuruh suami, istri, ayah, ibu, kakak, adik, tante, untuk memberi tahu atasan kecuali tubuh benar-benar semaput tak berdaya.
Mengirimkan foto surat keterangan sakit
Hindari meminta pengganti izin sakit dari jatah cuti tahunan.
Membalas pesan dari kantor
Hindari mendiamkan dengan tidak menjawab sama sekali pesan masuk dari kantor.