Bagaimana menyiasati keraguan kualitas pokok pikiran tertentu sebelum tulisan dibuat?
(a) Mengetahui subyek yang aktual di media
(b) Berpikir ulang manfaatnya bagi hotelier dan seluruh pembaca
(c) Apakah bentuk kritik positif atau justru sebaliknya yaitu menjatuhkan kredibilitas perusahaan atau integritas seseorang.
Konten tulisan yang memancing reaksi positif pembaca dapat dikategorikan penulis unggulan. Sebaliknya tulisan monoton takkan berdampak apa-apa bagi pembaca.
Saya tentu saja mengalami pasang surut pembaca. Kecewa? Tidak! malahan memicu gairah semangat untuk menulis lebih baik lagi.
Banyak Kompasianer yang berkualitas. Tulisannya telah menjadi koran bagiku setiap hari. Kehebatannya tak perlu diragukan lagi. Sayang jika terlewati karena setiap menit silih berganti artikel terbaru memenuhi ruang.
Sebagai pembaca, tulisan monoton bagai sayur tanpa garam. Dibaca namun terasa hambar. Pengukurannya dapat dilihat dari sepinya pengunjung. Agar memberi rasa terhadap tulisan, rajinlah blogwalking. Berkelintaran membaca isu terkini. Banyak ilmu yang akan didapat melalui blogwalking.
"Ukuran meramu tulisan yang baik diukur dengan gigihnya keinginan, cita-cita dan cara kita mengatasi kekecewaan di tengah jalan" (CelestineP)
Apakah menumpahkan luapan emosi melalui tulisan berguna mengobati kekesalan, keresahan, kegalauan?
Menulis tidak hanya melegakan hati dan pikiran penulisnya, lantaran hati plong atau terbebas dari beban. Namun tulisan sejatinya menyampaikan suatu pesan kepada pembaca. Apakah maksud penulis dapat dimengerti serta diterima pembaca?
Karena kepentingan ini, maka seorang penulis akan meracik bumbu ke dalam tulisan agar menarik dan bermanfaat.
Setiap individu mampu mengolah rasa sesuai bumbu racikan
Apa saja bumbu dalam mengolah rasa sehingga menjadi suatu karya? Menurut pandangan saya sebagai penulis pemula:
(1) Mencari konten yang belum pernah/jarang dituangkan dalam tulisan
(2) Mencari judul yang tepat
(3) Memberi nilai positif bagi pembaca
(4) Tulisan tertata rapi dengan tata bahasa baik dan benar
Menulis terasa hambar tanpa olahan rasa. Untuk menyajikan kualitas karya yang baik, dibutuhkan kesungguhan hati.
Mengolah rasa menjadi karya bagai perahu laju tanpa mendayung. Bila dibarengi kesukaan serta gairah, akan semakin ringan.
Olahan rasa setiap Kompasianer yang beragam membuat hidangan di Kompasiana juga bertambah sedap untuk dinikmati. Racikannya bermacam-macam, akan tetapi tujuannya sama, membuat nikmat setiap pembaca.