Kondisi terkini, bagi hotel-hotel di luar kota Jakarta, akan menurun karena larangan mudik dari pemerintah berdampak jua. Menahan diri sementara waktu sebelum keadaan menjadi lebih buruk.
Bagaimana rasanya berlebaran di kantor?
Jika ada karyawan hotel yang selalu bertugas di hari Lebaran selama bertahun-tahun, itulah saya.
Ya, giliran jaga warung. Akhirnya telah menjadi pola kerja. Bersiap-siap sebelum harinya tiba. Santuy!
Mereka yang bekerja di hari Natal, harus bertugas jua sementara umat Kristiani berhak libur.
Itulah resiko bekerja di dunia perhotelan. Saat semua orang merayakan tahun baru, hotelier pasti sibuk.
Namun libur saat hari raya keagamaan, Liburlah bila saatnya berlibur. Bagi yang berlebaran adalah prioritas mendapat cuti tahunan.
Syukurlah keragaman penganut agama menonjolkan sikap toleransi. Gak ada sirik-sirikan. Siapa mau, kala kalender merah harus bertugas? Tapi itu telah menjadi pola dan gaya hidup hotelier.
Sama halnya bila Lebaran tiba, kami giliran bertugas. Ya, asyik juga.
Sikap toleransi di dunia hospitality, semakin terasa saat setiap penganut agama mempunyai komuniti masing-masing, sehingga saling memberi spirit.
Kaum Muslim dapat beribadah dengan tenang begitupun komuniti Kristiani mengadakan kebaktian di hari tertentu. Semua aktivitas ini demi memenuhi kebutuhan spiritual seluruh karyawan.
Momen meriah ketika halal bihalal digelar. Seluruh karyawan saling bermaaf-maafan. Jamuan makan pun menanti.
Sungguh tak menyangka jika momen itu hanya sepenggal kenangan kala kami diharuskan menjaga jarak, menghindari kerumunan. Namun jalan panjang pasti berujung.