"Hari pertama Adit yang tugas, Bu. Hari kedua giliran saya", jawab Reno saat kutanya jadwal tugas di hari Lebaran.
Apa mau dikata, namanya hotel, 24 jam non-stop beraktivitas. Adit dan Reno staf di bagian concierge.
Walau Adit harus kerja saat Lebaran di hari pertama, manajemen memberi waktu untuk mengikuti Sholat Ied. Setelahnya langsung kembali bekerja.
Lebaran tetap kerja? Tak ada staf lain?
Bagi staf yang berlebaran, hak cuti diprioritaskan. Hari Lebaran diupayakan libur. Jika kondisi mendesak seperti Adit dan Reno yang diperkenankan datang terlambat usai Sholat Ied.
Setiap hari-hari besar keagamaan, supervisor harus mengatur jadwal kerja sebaik-baiknya. Jangan sampai outlet kosong meski hari pertama Lebaran sepi. Ceria kemeriahan berlebaran masih terasa walau dikelilingi rekan kerja, bukan ayah, ibu, kakak atau adik.
Lima hari menjelang hari raya, keadaan hotel tak begitu lengang. Para tamu umumnya dari keluarga leisure. Itu ketika masa normal. Saat pandemi, kondisi terbalik. Ya, segmen pariwisata menukik tajam.
Lain halnya di back office. Jadwal cuti staf telah disusun 10 hari sebelum memasuki bulan Ramadan. Demikian kita mengatur jadwal agar rapi dan adil.
Berebut tanggal cuti? Terkadang begitu, namun semua diselesaikan dengan musyawarah.
Adil karena setiap staf Muslim akan mendapat prioritas, agar mengambil cuti tahunan di hari Lebaran. Semua staf kantoran akan libur sesuai kalender merah, kecuali manajer yang bertugas.
Begitupun bagi kepala departemen, giliran tugas di hari Lebaran sudah terbiasa.