"Anak muda mesti berprestasi, jadi kebanggaan orang tua, ibu, bapak guru!" , pesan wali kelas sekolah saat di bangku sekolah menengah atas.
Saat itu di sekolah sedang diadakan seleksi penyanyi untuk acara vokal grup di TVRI. Saluran televisi satu-satunya yang eksis di Nusantara.
Undangan masuk tayangan televisi adalah suatu kebanggaan. Bila sekolah kami lulus seleksi, kepala sekolah dan guru-guru pasti heboh.
Karena seleksi siswa diadakan sepulang sekolah, beberapa siswa kabur, termasuk saya. Esoknya 10 siswa dikumpulkan, langsung diberi peringatan.
Nasehat itu teringat terus, maklum nakalnya masa remaja. Kami tertunduk sambil mengingat omelan wali kelas.
Usai SMA lalu berlabuh keluar kota melanjutkan studi. Selagi studi iseng-iseng melamar bekerja di satu hotel anyar dan lulus seleksi perekrutan. (Sila baca tautannya di sini)
Setelah beberapa bulan kulalui, tampaknya penghalang keinginanku untuk menjadi resepsionis terbentur syarat tinggi badan yang 158 cm.
"Nanti aku carikan posisi back office saja, kalau di depan, you kurang tinggi!", ujar asisten manajer
Meja marmer resepsionis itu katanya tertalu tinggi untukku. Duh. Merasa tersingkir namun tak mau tersungkur, saya tetap bergairah mendalami bidang hospitality.
Masakan bentuk fisik menjadi penghambat sukses seseorang, pikirku.