"Ibu akan segera melakukan pengenalan ke hotel-hotel di Sumatra ya", ujar VP Marketing salah satu hotel di Jakarta.
Saya baru saja menyanggupi kesepakatan bekerja sebelum tanda tangan kontrak. Konfirmasi ini mengharuskan saya terbang ke Medan, Pekanbaru, Palembang selama 6 hari.
Total tujuh kali penerbangan. Naik turun pesawat, ditambah perjalanan 2 kali transit di Jakarta.
Saya didampingi cluster regional manager mengelilingi kota-kota itu. Itulah tugasku mengenal produk hotel-hotel yang akan saya pasarkan di Jakarta.
Saya senang dengan tugas itu, toh selama ini bekerja sambil melancong telah menjadi gaya hidupku.
Suatu sore, di tengah pertemuan dengan tim marketing hotel di kota Palembang. Saya merasakan kram di bagian perut.
Saya ke kamar namun darah mengalir tak kunjung henti. Anehnya saya tidak merasakan pusing atau memiliki gejala apapun. Badanku sehat-sehat saja buktinya dapat mengarungi lautan.
Tanpa memberi tahu siapapun, saya pendam sendirian. Sebenarnya kalut, tapi kepada siapa saya mengadu di kota itu. Lagian ini baru pertama kali terjadi.
Ada apa dengan tubuhku?
"Ibu harus dioperasi sesegera mungkin ya," ujar Dokter Adri Sp.Og (nama samaran). Saya tidak bereaksi apapun karena terkejut.
Hari itu saya langsung menginap di rumah sakit. Berpuasa untuk operasi keesokan harinya pukul 06:00.
Dokter terkejut, dari ultrasonography (USG) terlihat jarak antara perut dan miom hanya beberapa inci saja. Itulah sebabnya ia mendesak agar segera operasi.
Wajahnya menyimpan banyak pertanyaan. Bagaimana mungkin miom sebesar itu bersarang di perutku.
Ya, memang saya tidak merasakan gejala apapun. Hasil pemeriksaan Dokter Adri menunjukkan saya terkena miom atau istilah kedokterannya uterine fibroid, yaitu tumor jinak yang tumbuh di rahim.
Sebelum pemeriksaan melalui USG, tiada keluhan berarti, hanya saja saya merasa ganjil pada bagian perut yang sedikit membuncit. Jika berkaca menyamping seperti keadaan hamil 3 bulan. Ah, mungkin saatnya diet, pikirku.
Mengapa saya terkena miom?
Sejak saya menjadi hotelier pada bagian penjualan dan pemasaran, saya gemar melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lain. Aktivitas sehari-hari yaitu sales call atau blusukan, business trip, sales trip, travel mart, dll.
Di Jakarta, area blusukan meliputi utara -- selatan, timur -- barat, semua kususuri. Saya tertarik bidang pekerjaan ini. Bertemu individu baru setiap hari dengan suasana baru. Begitulah blusukan.
Sila anda baca tautan blusukan di sini
Selama 25 tahun saya asyik blusukan. Tubuh yang kuat, mental yang tangguh harus dimiliki seorang penjual.
Saya jarang sakit. Keluarga kami terlahir sehat-sehat saja. Tiada juga penyakit turunan dari ibu atau nenek. Hanya saja, kakak perempuanku pernah terjangkit miom.
Jangan ditanya sebesar apa miom itu dalam perut. Saya masih menyimpan fotonya, anda akan ngeri melihatnya. Ukurannya berdiameter sekitar 10 cm.
Makanan
Seringnya bepergian menyebabkan saya jarang makan mengikuti selera. Yang paling sederhana dan cepat, membeli makanan cepat saji; burger, fried chicken, kentang goreng dan mi instan di tas. Buruknya, jika bepergian, saya sulit makan. Minum dibatasi karena enggan ke kamar kecil.
Saya penyuka sayuran dan buah. Tidak makan daging-dagingan kecuali daging ayam sesekali dan ikan hampir setiap hari.
Merokok
Kesibukkan tiada henti. Karena ikut-ikutan geng, saya merokok selama 6 tahun. Menurutku saya golongan perokok tingkat sedang. Satu bungkus rokok, untuk 2 atau 3 hari saja.
Sempat setop selama 8 bulan. Karena berkumpul kembali dengan kolega sesama perokok, akhirnya kembali merokok.
Olahraga
Saya jarang sekali berolahraga, bahkan tidak pernah kala itu. Berolah raga hanya sesekali, itupun ikut-ikutan teman ke pusat kebugaran di hotel.
Mengapa saya tertarik bekerja dari satu kota ke kota lain?
Sejak si sulung pindah ke negri sebrang dan si bungsu ke Jakarta, lalu sang suami harus berada di offshore, saya memiliki banyak peluang untuk bekerja penuh. Itulah salah satu alasan berkeliling. Impian sederhana, hanya menekuni bidang hospitaliti.
Tiada lagi yang ditimang-timang. Energi masih terkumpul. Saya dalam usia produktif. Karir cemerlang, tiada beban untuk melanglang buana.
Menyambut peringatan hari Ibu RA Kartini. Apakah saya Kartini jaman now?
Ibuku, ibu rumah tangga biasa. Kegemarannya melukis, memasak, menjahit dan tentu saja mengurus anak-anaknya.
Beliau berpulang dalam keadaan sehat. Walau berbadan agak tambun, Ibuku tidak memiliki gangguan kesehatan apapun.
Operasi pengangkatan rahim pada Maret 2015 menjadi titik balik kehidupanku. Seandainya saya tidak peduli terhadap kesehatan, tentu tak dapat menuliskan kisah ini.
Saya perempuan terlahir dari ibu asal negri sakura dan ayah bersuku Jawa. Seorang istri dari pria asal UK dan ibu yang melahirkan 2 anak, yang sangat saya syukuri.
Pengangkatan rahim akibat miom terjadi jauh setelah kedua anak lahir.
Menurut kisah keseharianku, anda dapat menilai kira-kira mengapa miom itu ada dalam rahimku?
Wahai kaum perempuan Indonesia, pedulilah terhadap kesehatan tubuhmu. Asupan bergizi, olah raga teratur, jauhi asap rokok.
Bagiku, hidup sehat, dipenuhi rasa syukur, itu sudah cukup. Harta sejati adalah kesehatan, bukan emas, bukan pula perak.
Selamat memperingati hari Ibu RA Kartini.
Rujukan:
(*) Pengertian Miom, www.alodokter.com, 15 April 2019
Artikel terkait:
(*) Hidup Sederhana Itu Menyenangkan
(*) Ayahku
(*) Wanita Teladan dan Bulan April
(*) Sang Perokok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H