Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah ini menggambarkan tiap-tiap tempat berbeda sesuai kebiasaannya. Namun hal ini tidak dapat diterapkan pada tatanan manajemen hotel.
Tujuan para pebisnis hotel mempunyai benang merah yaitu memenuhi keinginan pelanggan sehingga mendatangkan pendapatan setinggi-tingginya.
Sebagai hotelier adalah muskil jika pendatang baru dapat mengubah sistem manajemen dari suatu hotel. Bisa diubah tapi memakan waktu yang tidak singkat.
Nun jauh di sana, di kota terpencil berdirilah satu hotel baru. Ini bukan dongeng, tapi kiasan saja.
Fasilitas lengkap melengkapi keberadaan hotel berbintang lima ini, cukup mewah. Sayang, dekorasi hotel lobi terkesan kaku, begitupun dekorasi kamar.
Mari kita lihat arsitek bangunan hotel dan sila bandingkan kesan pertama menyentuh lobi dan kamar. Sama halnya saat memasuki sebuah rumah, sambutan hangat penghuni membahagiakan para tamu.
Kehangatan suasana ruang serta bangunan hotel tak lepas andil sang pemilik terhadap impiannya memiliki sebuah hotel. Ada hotel berkesan hangat, ramah, para staf luwes terhadap tamu. Banyak pula yang kaku, terkesan sombong dan not friendly.
Pada hakikatnya tujuan pelayanan dari hotel menciptakan keramahan, kehangatan dalam melayani setiap tamu. Itu sebabnya industri perhotelan dinamai industri hospitality.
Sudah dapat diterka, jikalau pelayanan staf hotel tidak ramah, pertanda sinyal "keanehan" dalam sistem manajemen. Baik pelayanan eksternal terhadap tamu dan pelayanan internal melayani sesama hotelier.
Banyak pebisnis melirik usaha ini. Return of Investment (RoI) yang cepat menjadi alasan mereka tekun dalam bidang ini. Bukan pebisnis jika tidak melirik hasil akhir, ujung-ujungnya duit.
Tak dipungkiri, sang pemilik hotel fokus pada revenue, bagaimana uang dapat segera kembali. Ada pula alasan memiliki hotel sebagai prestise saja.