Mungkin benar apa kata pepatah yang pernah kubaca di buku bahwa apa yang kita bayangkan akan menjadi kenyataan.
Sosok bayi kecoa dalam perjalanan 3 hari lalu, membuat saya benar-benar tersiksa. Hatiku tak setenang sebelum mengenal si bayi kecoa itu. Rasanya ingin segera tiba di Bandung.
Tertidurlah saya beberapa menit. Tak lama kemudian ada sesuatu yang bergerak di sepatu saya dengan antenanya, dia ibu dari bayi kecoa!
Kali ini dengan tenang, saya langsung pindah kursi. Tiada teriakan, biarlah saya saja yang tahu. Seandainya saja cecak yang berjalan, saya akan berdamai.
Sejak saat itu, saya belum merasakan senangnya berkereta api kembali. Bukan karena peristiwa waktu silam, bukan! Namun karena belum ada kesempatan untuk naik kereta api.
Barangkali kereta api kini jauh lebih bersih dan rapih. Buktinya saya lihat dalam instragram Kereta Api Indonesia (KAI) yang kreatif dan informatif di @keretaapikita. Saya menjadi followernya setelah lomba melukis di blogcom (Event CLick) Kompasiana. Ini dia hasil lukisanku.
Tulisan ini hanya sekedar pengalaman di waktu silam, tentu saja berbeda keadaannya setelah 3 dekade.
Saya yakin kereta api kita jauh lebih bersih oleh karena semua penumpang akan menjadi reporter secara tidak langsung karena ia adalah kereta api kita.
Diaryku, sampai sini dulu ya.
Sampai jumpa dan selamat berakhir pekan.