WAG tersibuk yaitu kelompok reservasi, Pergerakannya sangat cepat dari menit ke menit. Tujuannya mengurangi keluhan para tamu, jangan sampai luput dari perhatian. Saya merasa tidak nyaman dihadapkan dengan kesibukan ini yang seharusnya dapat dilakukan melalui e-mail.
Disadari atau tidak hal ini menimbulkan chopping mind, pikiran yang kesana kemari. Kurang fokus pada suatu hal. Nyatanya sering sekali informasi diabaikan atau terlewat.
Kita bagai dikepung tumpukan pekerjaan, yang saya rasakan sangat mengganggu di kala larut malam dimana kita perlu menenangkan pikiran.
Gangguan di hari libur dan cuti
Suatu ketika di hari Minggu, saya mendapat 8 kali misscall dari nomor tak dikenal. Setelah si empunya nomor mengirimkan pesan melalui WA, barulah saya paham bahwa penelpon ialah pemilik hotel.
Hari itu adalah hari ke-5 bergabung dengan hotel baru. Tentu saja saya belum memiliki semua nomor VIP ini. Tidak pelak lagi, saya terkena murkanya. Namun petaka muncul tatkala hotelier harus menjawab 24 jam panggilan telpon karena voice call tidak berbayar.
Begitupun klien, menelpon di saat pertemuan, pada saat makan siang. Praktis menyita waktu dan perhatian seharian.
Bagaimana bila cuti? Saat menghidupkan gawai, pikiran telah tersedot keruwetan situasi kantor.
Whatsapp rentan perselisihan
Di WAG rentan perselisihan, kecuali seluruh peserta adalah introvert. Bahkan sering terjadi pertikaian gegara ucapan yang menyinggung seseorang. Hal kecil menjadi letupan besar hingga pernah seorang karyawan mengundurkan diri gegara percakapan ngawur dan nyelekit.
Salah mengartikan kalimat menyebabkan kita dibuli, jadi bulan-bulanan. Betapa tidak menyenangkan, suasana menjadi kacau. Tetiba pergi (left) tanpa kabar.
Klien menganggap lebih mudah dan cepat mendapat respon via whatsapp ketimbang e-mail. Saya menyimpan banyak percakapan penting di WA, maka takheran gawai jadi lemot.
Video call sebagai bukti sales call
Karena telepon gratis ini, video call mendekatkan siapapun, setiap waktu dan tidak terbatas.