Mohon tunggu...
Badan Cekungan Bandung
Badan Cekungan Bandung Mohon Tunggu... Sekretaris - mewujudkan perkotaan yang berkelanjutan berkelas dunia

Badan Koordinasi 5 wilayah kota kabupaten di Cekungan Bandung di bawah komando Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tantangan di Balik Pemanfaatan Teknologi RDF pada TPST Bandung Raya

2 September 2024   11:30 Diperbarui: 2 September 2024   11:46 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak hanya itu, ketika mesin RDF digunakan dalam waktu yang lama, dapat terjadi overheat. Perawatan secara berkala seperti penambahan oli juga menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga kinerja mesin. 

Setiap TPST biasanya dilengkapi dengan lebih dari 1 set mesin RDF untuk cadangan ketika terjadi kerusakan pada salah satu mesin karena waktu perbaikan mesin membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

3. Sumber daya manusia yang terbatas

Transportasi Produk Akhir RDF/Dok Pribadi
Transportasi Produk Akhir RDF/Dok Pribadi

Pengoperasian mesin RDF membutuhkan sumber daya manusia dengan jumlah yang disesuaikan dengan alat-alat yang ada. Misalnya, TPST yang menggunakan pemilahan manual akan membutuhkan SDM yang lebih banyak dibandingkan TPST yang sudah menggunakan mesin gibrig (mesin pemilah sampah anorganik dan organik). 

Selain itu, jam operasional dan jumlah sampah yang harus diolah juga harus disesuaikan. Dibutuhkan juga sumber daya manusia yang cukup untuk transportasi bahan baku RDF dan produk akhir RDF ke off-taker. SDM yang terlalu sedikit akan menyebabkan efisiensi pengolahan menjadi terhambat.

4. Kontinuitas produk yang tidak terjamin

Produk Akhir RDF/Dok Pribadi
Produk Akhir RDF/Dok Pribadi

Produk RDF yang dihasilkan dari TPST di wilayah Cekungan Bandung biasanya akan dikirim ke pabrik tekstil sebagai bahan co-firing batubara. Masalah yang sering dihadapi adalah jumlah hasil produksi RDF per harinya yang kurang menentu karena seringkali terjadi kerusakan mesin. Sedangkan, industri atau off-taker memerlukan stok dengan jumlah yang sama setiap harinya. Jika TPST tidak dapat memenuhi permintaan atau kebutuhan off-taker, besar kemungkinan kerjasama antara kedua belah pihak tidak dapat dilanjutkan.

5. Sulitnya mengumpulkan Retribusi yang layak

Operasional mesin RDF memakan biaya sekitar 250 ribu rupiah per ton nya, belum termasuk biaya perawatan dan perbaikan. Biaya ini tergolong cukup mahal dibandingkan teknologi-teknologi pengolahan sampah lainnya seperti daur ulang, komposting, atau penggunaan BSF. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun