“Selamat melanjutkan istirahat, ma…”
Kuhela napas panjang. Begitu juga dengannya. Pertanda bahwa kami harus melanjutkan mimpi. Bukankah mimpi adalah bagian dari harapan? Bukankah harapan adalah satu-satunya penguat agar manusia mampu bertahan untuk hari esok?
Ruang ini kembali gelap. Semilir angin dini hari merambat lewat celah pintu dan jendela kamar. namun, itu tak cukup mampu membuat kami kedinginan. Ya, kami berdua kini telah mendapatkan kehangatan. Meski hanya bagian pipi kami yang lebih dulu merasakannya.
Kepergianmu tetap memberikan kehangatan untuk kami berdua, bapak…
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!