Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

3 Hari Mengenal Komjen Anang Iskandar di Fiji

5 September 2015   18:14 Diperbarui: 6 September 2015   05:49 2869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama sebelum meninggalkan Pure Fiji (dok. Cech)

Seminggu sebelumnya, "Cech, saya tugaskan kamu untuk "in charge" bersama delegasi Badan Narkotika Nasional (BNN) selama mereka di Fiji dalam rangka Pacific Islands Development Forum (PIDF)" demikian perintah big bos di kantor. " Siap" jawab saya dengan mantapnya.

Segeralah saya mencari tahu tentang siapa saja yang ada dalam rombongan BNN. Ternyata ada 7 orang delegasi BNN yang datang dan hanya satu nama yang saya kenal yaitu Aidil Chandra Salim, beliau adalah Dubes RI untuk Fiji periode 2010-2013 yang sekarang menjabat Deputi Hukum dan Kerja Sama. Selain itu saya mendapatkan informasi bahwa Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia akan melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Kepolisian Republik Fiji dalam penanggulangan permasalahan narkoba. Tetapi yang menarik perhatian adalah kunjungan delegasi BNN ke Sigatoka Research Station untuk melihat tanaman sukun (breadfruit atau uto).

Hari Selasa, 1 September 2015 pukul 06.30 pagi saya sudah berada di bandara Nadi, Fiji. Sesuai dengan jadwal ketibaaan pesawat dari Hongkong maka pesawat akan mendarat pada pukul 07.05. Ternyata pesawat mengalami penundaaan dan baru mendarat pada pukul 07.50. Tidak apa-apalah pesawat terlambat sehingga saya masih ada waktu untuk mengecek 2 kendaraan (jenis SUV dan Mini Van) dan makanan untuk Kepala BNN dan rombongan selama perjalanan dari Nadi ke Suva.

Setelah sejam lebih menunggu, tiba-tiba saya mendapat telepon dari protokol bandara Nadi bahwa rombongan BNN sudah keluar dari ruang pengambilan barang. Benar saja, terlihat keluar 4 orang pria dan 1 wanita berjilbab ditemani oleh 1 petugas kepolisian Fiji serta 2 orang protokol Nadi, Saya segera menyambut mereka dan sangat antusias karena bisa bertemu kembali dengan Dubes Aidil Chandra Salim. Dubes Salim lah yang mengenalkan 4 orang dalam rombongan BNN tersebut yaitu Kepala BNN Komjen Anang Iskandar dan Istri, Irjen Deddy Fauzi Elhakim (Deputi Pemberantasan) dan Agung Saptono Suwarto (staf), Semua terkesan santai dan tidak suka hal-hal yang berbau protokoler.

"Mas, kami ingin istirahat sebentar di salah satu hotel di Denarau. Kami mau mandi dulu sebelum lanjut ke Suva," ujar Dubes Salim.

"Berapa lama, Pak ? Karena kita sudah ada janji bertemu dengan Sigatoka Research Station jam 10 pagi. Sementara sekarang jam 08.30," tanya saya.

"5 jam, Mas. Tolong telepon mereka untuk undur jadwal pertemuannya setelah jam makan siang. Ya jam 2 siang. Bisa khan?"

"Saya tanyakan mereka apakah bisa atau tidak,"

Alhamdulillah Sigatoka Research Station mau menerima permintaan kami .

Tepat jam 12.30, 5 orang BNN telah berkumpul di lobi hotel dan koper bawaan mereka telah masuk ke dalam mobil mini Van.

"Mas Cech, gabung dengan saya, ya," pinta Pak Anang Iskandar. Saya pun segera duduk di bangku depan mobil SUV bersama Kepala BNN dan istri. Sedangkan yang lain duduk di mobil mini van.

"Berapa lama Mas dari hotel ke Sigatoka?" tanya Kepala BNN

"1 jam Pak."

"Saya dan istri suka suasana di Fiji, Tadi saya sempat ambil foto di pantai. Bagus banget pemandangannya."

Selama satu jam perjalanan ke Sigatoka, tanpa terasa banyak hal yang saya dapat dari perbincangan dengan Pak Anang Iskandar. Terlihat sekali kalau Pak Anang Iskandar menyukai dunia pertanian terutama sukun dan peternakan. Selain itu beliau sangat bersahaja atau low profile dan santai dengan kaos putih kasual, celana panjang biru dan mengenakan sepatu olah raga NIKE. Begitu pula dengan sang istri, pasangan yang saling mencintai dan kekeluargaan sekali walau baru pertama kali bertemu dengan saya. Saya sempat bertanya mengapa BNN mencari sukun ke Fiji padahal Hawaii lebih maju dalam ilmu dan teknologi Sukun di dunia. Jawaban beliau singkat, " kita lihat saja nanti, mas Cech "

Tibalah kami di Sigatoka Research Station. Kedatangan kami langsung disambut oleh Mr. Manoa Iranacola, Senior Research Officer (Fruits). Selanjutnya kami masuk ke dalam ruangan rapat nan sederhana. Beberapa menit kemudian datanglah seorang pria khas India yaitu Mr. Shalendra Prasad, Principal Research Officer (Horticulture) Ministry of Agriculture sekaligus pimpinan di Sigatoka Reasearch Station.

Dari satu jam pembicaraan baru saya dapat mengambil kesimpulan mengapa BNN datang ke Sigatoka Research Station yaitu bertukar pengalaman tentang pengembangan tanaman sukun, pemanfaatan sukun untuk produk makanan manusia dan ternak, tukar informasi tentang "Integrated Farming" berbasis sukun dimana dapat diterapkan untuk para korban pemakai narkoba dan tanaman sukun dapat dipakai untuk anti drug atau menyembuhkan para pemakai narkoba. Dari pembicaraan itu pula Pak Deddy mengungkapkan pengalamannya memanfaatkan daun sukun untuk menyembuhkan penyakit istrinya dimana dokter yang merawat istrinya sudah menvonis bahwa umur sang istri tinggal menghitung hari. Dengan keyakinannya Pak Deddy meminta istrinya mengkonsumsi daun sukun yang direbus setiap hari dan hasilnya sang istri dinyatakan sehat seperti semula.

Selanjutnya kami diajak oleh Mr Manoa dan Mr. Shalendra ke kebun dan persemaian tanaman sukun yang ada di tempat tersebut. Nah di kebun sukun inilah Pak Anang Iskandar terlihat senang dan antusias sekali.

"Mas Cech, ini yang saya cari. Luar biasa baru 11 bulan sudah berbuah dan pohonnya pendek pula. Punya saya sudah 2 tahun belum berbuah. Rupanya saya salah cara tanamnya. Terima kasih Cech."

Ya memang benar terhampar deretan tanaman sukun dengan hanya ketinggian 2 meter sudah berbuah lebat. Kenapa demikian? Jawabannya adalah "Markoning" Pantesan saja Pak Anang senang sekali karena sudah mendapatkan jawabannya.

Kebun percontohan Sukun di Sigatoka Research Station (dok. Cech)

Meninjau dan diskusi langsung di kebun sukun (dok. Cech)

Kebun Sukun yang berbuah lebat (dok. Cech)

Meninjau tempat persemaian Sukun (dok. Cech)

Hampir 2 jam berada di Sigatoka Research Station, kami pun undur diri dan melanjutkan perjalanan ke Suva yang membutuhkan waktu 2 jam.

"Mas Cech, jalan ke Suva nya santai aja ya. Saya ingin menikmati perjalanan. Kalau bisa kita ngopi-ngopi dulu di pinggir jalan. Saya lagi bahagia nih karena dah dapat apa yang saya cari. " ujar Pak Anang Iskandar.

"Oke Pak. Tapi di Fiji tidak ada warung kopi pinggir jalan. Yang ada kita ngopi di hotel atau resort sambil menikmati keindahan pantai." jelas saya.

"Atur aja yang baik Mas,"

Setelah satu jam perjalanan, kami berhenti di Warwick Hotel & Resort. Segelah kami duduk di pinggir pantai dan memesan beberapa minuman terutama kopi untuk menikmati keindahan pemandangan di pinggir pantai menjelang sore hari.

Setelah beberapa puluh menit ngopi di Warwick Hotel & Resort, perjalanan menuju Suva dilanjutkan. Tepat pukul 18.30 kami tiba di Tanoa Plaza Hotel, tempat penginapan rombongan BNN selama di Fiji.

"Oh ya Mas Cech, jam 8 malam kamu antar kami ke restoran khas Fiji yang paling enak ya," pinta Pak Anang Iskandar.

"Tapi pak saya harus ke GPH," jawab saya.

"Siapa yang suruh? Pokoknya kamu harus in charge dengan saya. Kalau perlu saya telpon big bos kamu," tegas Pak Anang Iskandar.

Tepat jam 8 malam saya, staf KBRI Suva dan rombongan BNN makan malam di Royal Yacht Club di Lami. Pak Anang dan istri memesan Blackened Tuna Steak. Beliau sangat menikmati makanan tersebut terutama singkong goreng sebagai makanan penyerta.

Hari kedua, 2 September 2015

Agenda hari kedua adalah BNN melakukan penandatangan Nota Kesepahaman dengan Kepolisian Republik Fiji. Tepat pukul 06.30 saya sudah berada di Tanoa Plaza Hotel. Pada pukul 07.30 delegasi BNN bergerak menuju Grand Pacific Hotel (GPH) bergabung dengan delegasi Menteri Luar Negeri RI yang turut menyaksikan penandatanganan tersebut. Pukul 07.50 delegasi Kemlu RI dan BNN menuju Nasova Police Academy yang hanya membutuhkan waktu 10 menit dari GPH.

Kedatangan delegasi Kemlu RI dan BNN di Nasova Police Academy disambut oleh Menteri Pertahanan Fiji Timoci Natuva dan Komisioner Kepolisian Fiji, Mayor Jenderal Bernadus Groenawald.. Nota kesepahaman antara BNN dan Kepolisian Fiji tersebut ditandatangani oleh Kepala BNN, Komjen Anang Iskandar dan Komisioner Kepolisian Fiji, Mayor Jenderal Bernadus Groenawald. Hadir pula dalam acara penandatanganan, Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Fiji serta Duta Besar Kedua Negara dan pejabat senior kedua pihak.Kedua institusi dari dua negara tersebut menyepakati kerjasama terkait dengan penanggulangan permasalah Narkoba.

Penandatanganan Nota Kesepahaman Penanggulangan Masalah Narkoba antara Kepala BNN Komjen Anang Iskandar dan Komisioner Polisi Fiji Mayjen Ben Groenwald disaksikan oleh Menteri Pertahanan Fiji Timoci Natuva dan Menlu RI Retno LP Marsudi (dok. Cech)

Dua poin penting dalam kerjasama yang tertuang pada nota kesepahaman yakni pertukaran informasi di kedua negara terkait dengan pemberantasan peredaran gelap Narkotika dan kesepakatan kerjasama dalam peningkatan kapasitas, pelatihan serta kunjungan ahli dari kedua belah pihak. Mengenai pertukaran informasi BNN dan Kepolisian Republik Fiji beberapa poin yang disepakati diantaranya pertukaran informasi jaringan, rute dan modus operandi, metode pencarian dan penyitaan Narkotika, metode pencucian uang serta bentuk-bentuk baru dari Narkotika dan prekursornya. (sumber BNN)

Selanjutnya delegasi Kemlu RI dan BNN kembali ke GPH bergabung dengan rombongan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI untuk menghadiri pembukaan secara resmi KTT PIDF oleh Perdana Menteri Fiji, Frank Bainimarama.

Kepala BNN dan Deputi BNN berbincang-bincang dengan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti setelah pembukaan KTT PIDF di GPH (dok. Cech)

Foto Bersama Kepala BNN dan Delegasi BNN, staf KBRI Suva dengan Perdana Menteri Fiji Voreqe Bainimarama (dok Cech)

"Mas Cech, tahu daerah pertanian di sekitar Suva ? Saya ingin ke sana?" tanya Pak Anang Iskandar sesampainya di Tanoa Plaza Hotel setelah menghadiri pembukaan KTT PIDF.

"Setahu saya adanya di luar Suva dan jalannya juga jelek pak. Bagaimana kalau ke Pure Fiji?" terang saya.

"Apa itu Pure Fiji?"

"Itu pak tempat diproduksinya produk kecantikan dan kesehatan khas Fiji berbasis sebagian besar dari kelapa" jelas saya.

"Wah menarik juga. Okelah kalo begitu."

Setelah beberapa menit Pak Anang dan istri telah memakai pakaian santai dan beberapa orang delegasi BNN turut serta ke Pure Fiji. Di Pure Fiji, delegasi BNN disambut oleh manajer Pure Fiji dan disambut nyanyian selamat datang khas Fiji dari para karyawan Pure Fiji. Selanjutnya delegasi BNN diajak keliling pabrik Pure Fiji dan melihat proses pembuatan produk kesehatan dan kecantikan. Selain itu diajak melihat galeri koleksi kerajinan tangan khas Fiji yang dimiliki oleh Pure Fiji.

Para karyawan Pure Fiji menyanyikan lagu selamat datang khas Fiji (dok Cech)

Kepala BNN dan istri menyambut antusias nyanyian selamat datang (dok. Cech)

Foto bersama sebelum meninggalkan Pure Fiji (dok. Cech)

Setelah berbelanja beberapa produk Pure Fiji untuk oleh-oleh di tanah air, delegasi pamit diri dan menyempatkan pula foto bersama dengan karyawan Pure Fiji.

Selanjutnya kami pergi menuju Food Court MHCC untuk makan siang. Satu hal yang menarik dari Pak Anang Iskandar ketika saya menawarkan makan siang di Cafe yang ada di hotel, beliau menolaknya dengan alasan kalau yang seperti itu banyak di Jakarta. Maka itu saya ajak makan di Natural Blend, outlet khusus makanan Fiji dengan suasana Food Court yang ramai dan hilir mudik pengunjung di depan meja makan kita. Tetapi beliau sangat menikmati suasana tersebut.

Setelah makan siang, saya berpisah dengan rombongan karena saya harus mempersiapkan pertemuan antara Menteri KP Susi Pudjiastuti dengan 40 orang ABK di Wisma Duta. Lagipula Pak Anang dan delegasi BNN mendapatkan undangan makan malam dari Fiji Police di Tyco's Restaurant malam itu juga.

Hari ketiga, 3 September 2015

Pukul 04,00 pagi, saya sudah berada di Tanoa Plaza Hotel. Sesuai jadwal hari ketiga ini adalah hari terakhir Pak Anang Iskandar dan delegasi BNN berada di Fiji. Saya turut mengantar delegasi BNN menuju bandara Nausori untuk kembali ke Indonesia.

Selama perjalanan tidak ada informasi penting yang saya peroleh, Hanya saja saya menyatakan kalau Kabareskrim Komjen Budi Waseso diganti dengan pejabat baru. Semua delegasi terdiam dan hanya mengomentari sedikit saja tentang penggantian Kabareskrim.

Setelah pesawat Kepala BNN dan rombongan take off pada pukul 06,30 dan saya segera kembali ke kantor tiba-tiba pesan via WA masuk dan tertulis Komjen Anang Iskandar diangkat menjadi Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) menggantikan Komjen Budi Waseso ( tukar jabatan menjadi Kepala BNN). Betapa terkejutnya saya tetapi saya hanya bisa berdoa semoga Pak Anang Iskandar dapat amanah menjalankan tugas baru nya dan tetap menjaga kesederhanaan beliau seperti yang beliau tunjukkan di Fiji. Good Luck General!!!

 

*) Keterangan Gambar Utama: Kepala BNN dan rombongan berdialog dengan Mr Shalendra Prasad dan Staf dari Sigatoka Research Station (dok. Cech)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun