Namun, seperti halnya dalam kehidupan, pro dan kontra adalah bagian dari perjalanan.
Menurut Hasani Abdul Ghani melalui channel YouTube-nya, kepopuleran STY di Korea berasal dari prestasinya sebagai bintang sepak bola di Timnas Korea.
Kesuksesannya membawa Indonesia ke tingkat lebih baik juga memainkan peran dalam pandangan positif terhadapnya.
Namun, ada juga asumsi bahwa STY dipegang oleh kepentingan perusahaan Korea di pasar Indonesia.
Pendapat publik mengenai STY bervariasi. Bagi Hasani, jika prestasi dibangun, akan ada pihak-pihak yang mengejarnya.
Kritik terhadap STY tidak terhindar, dan banyak yang menilai keberhasilan mencapai babak 16 bukan sepenuhnya berkat karyanya.
Meskipun demikian, Hasani menekankan bahwa setiap orang berhak berpendapat, dan keputusan akhir ada pada federasi.
Sebelum STY, Indonesia mengalami perubahan di jajaran pelatih, termasuk ketidakcocokan antara Indra Sjafri dan STY.
Menurut Hasani, beberapa kesalahan manajemen terjadi pada saat kepemimpinan Iwan Bule, dan perubahan posisi Indra Sjafri mungkin berkontribusi pada ketidaksehatan hubungan di dalam tim.
Pengambilan pemain naturalisasi oleh STY juga mendapatkan sorotan. Seperti para pemain diaspora, Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Justin Hubner, Rafael Struick, dan Ivar Jenner ke Timnas.
Kembali ke pertanyaan utama, apakah STY harus dipertahankan atau diganti?