Seputar pertanyaan mengenai nasib pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (STY), menjadi topik hangat.
"Stay or Out!" menjadi perbincangan luas di kalangan penggemar sepak bola Tanah Air.
Keberhasilan STY membawa Indonesia ke babak 16 Piala Asia telah menciptakan pro dan kontra.
Artikel ini akan membahas perjalanan STY di Timnas Indonesia, menggali pandangan beragam, dan merinci faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan akhir terkait apakah STY akan tetap memimpin atau digantikan.
Mari kita eksplorasi lebih dalam mengenai lika-liku perjalanan pelatih asal Korea Selatan ini dan apakah perannya di timnas harus diperpanjang atau tidak.
Sebelum Shin Tae-yong memimpin Timnas Indonesia, penting untuk melihat kondisi tim pada masa sebelumnya.
Bagaimana prestasi tim, ranking, dan apakah mereka lebih sering menang atau kalah?
Keputusan untuk mengontrak STY sebagai pelatih merupakan wewenang Eksekutif Committee (EXCO) PSSI.
Sejak menangani Timnas Indonesia pada tahun 2020, perjalanan STY penuh kontroversi.
Ada yang mendukungnya, namun juga banyak yang menentangnya. Beberapa pihak ada yang mengaitkan dengan agensi besar di Korea.
Namun, seperti halnya dalam kehidupan, pro dan kontra adalah bagian dari perjalanan.
Menurut Hasani Abdul Ghani melalui channel YouTube-nya, kepopuleran STY di Korea berasal dari prestasinya sebagai bintang sepak bola di Timnas Korea.
Kesuksesannya membawa Indonesia ke tingkat lebih baik juga memainkan peran dalam pandangan positif terhadapnya.
Namun, ada juga asumsi bahwa STY dipegang oleh kepentingan perusahaan Korea di pasar Indonesia.
Pendapat publik mengenai STY bervariasi. Bagi Hasani, jika prestasi dibangun, akan ada pihak-pihak yang mengejarnya.
Kritik terhadap STY tidak terhindar, dan banyak yang menilai keberhasilan mencapai babak 16 bukan sepenuhnya berkat karyanya.
Meskipun demikian, Hasani menekankan bahwa setiap orang berhak berpendapat, dan keputusan akhir ada pada federasi.
Sebelum STY, Indonesia mengalami perubahan di jajaran pelatih, termasuk ketidakcocokan antara Indra Sjafri dan STY.
Menurut Hasani, beberapa kesalahan manajemen terjadi pada saat kepemimpinan Iwan Bule, dan perubahan posisi Indra Sjafri mungkin berkontribusi pada ketidaksehatan hubungan di dalam tim.
Pengambilan pemain naturalisasi oleh STY juga mendapatkan sorotan. Seperti para pemain diaspora, Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Justin Hubner, Rafael Struick, dan Ivar Jenner ke Timnas.
Kembali ke pertanyaan utama, apakah STY harus dipertahankan atau diganti?
Banyak yang berpendapat bahwa mengganti pelatih berarti memulai dari nol, namun Hasani setuju dengan pandangan tersebut.
Prestasi yang dibangun oleh STY diakui positif, tetapi keputusan akhir ada pada EXCO PSSI.
Dalam melihat masa depan, Hasani mencatat persaingan di level Asia semakin sengit.
Timnas Indonesia diharapkan bisa berimbang dengan pesaing di ASEAN dan bersaing di level Asia.
Proses pembangunan Timnas dengan pemain muda dan naturalisasi adalah kunci, dan Hasani berharap STY atau pelatih baru bisa membawa Indonesia ke level yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H