Liga 3 Regional Jawa Timur telah menyuguhkan adegan tak terduga dari dunia tinju dan kungfu.
Kejadian kontroversial pertunjukan tinju dan kungfu yang salah alamat telah muncul dalam pertandingan sepak bola di wilayah ini.
Kejadian anarkisme dan vandalisme tampaknya telah menjadi bagian tak terhindarkan dari sepakbola Indonesia, seolah-olah telah menjadi budaya tersendiri.
Seperti yang terjadi pada pertandingan Grup KK Babak 16 Besar antara Persedikab Kediri dan Persipro 1954 di Stadion Candra Bhirawa Pare, Kabupaten Kediri (18/1).
Awalnya pertandingan berlangsung dengan aman dan lancar di dalam lapangan.
Namun, setelah Persedikab keluar sebagai pemenang dengan skor 1-0, pertandingan berakhir dalam kekacauan, dilansir dari Instagram @akmalmarhali20.
Setelah wasit Ahmad Romadhon meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan, sejumlah pemain Persipro 1954 dengan cepat mendekati dan bahkan mengejar wasit asal Kabupaten Blitar tersebut.
Tidak hanya sampai di situ, kericuhan melibatkan pemain Persipro 1954 dan penonton Persedikab Kediri di tribun sebelah barat.
Lempar-lemparan botol dan bahkan tindakan mendorong pagar pembatas stadion terjadi, untungnya petugas kepolisian dan TNI sigap meredam kericuhan tersebut.
Beruntung, petugas pengamanan mampu meredakan situasi dan mengarahkan penonton keluar.