Mohon tunggu...
Cecev Handoyo
Cecev Handoyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Citizen Journalism

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bakat Tinju dan Kungfu Tersalurkan di Liga 3 Regional Jawa Timur

19 Januari 2024   09:52 Diperbarui: 19 Januari 2024   10:00 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wasit jadi sasaran tinju dan kungfu di Liga 3 Regional Jawa Timur. (Kolase Foto: Instagram @radotvalent)

Liga 3 Regional Jawa Timur telah menyuguhkan adegan tak terduga dari dunia tinju dan kungfu.

Kejadian kontroversial pertunjukan tinju dan kungfu yang salah alamat telah muncul dalam pertandingan sepak bola di wilayah ini.

Kejadian anarkisme dan vandalisme tampaknya telah menjadi bagian tak terhindarkan dari sepakbola Indonesia, seolah-olah telah menjadi budaya tersendiri.

Seperti yang terjadi pada pertandingan Grup KK Babak 16 Besar antara Persedikab Kediri dan Persipro 1954 di Stadion Candra Bhirawa Pare, Kabupaten Kediri (18/1).

Awalnya pertandingan berlangsung dengan aman dan lancar di dalam lapangan.

Namun, setelah Persedikab keluar sebagai pemenang dengan skor 1-0, pertandingan berakhir dalam kekacauan, dilansir dari Instagram @akmalmarhali20.

Setelah wasit Ahmad Romadhon meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan, sejumlah pemain Persipro 1954 dengan cepat mendekati dan bahkan mengejar wasit asal Kabupaten Blitar tersebut.

Tidak hanya sampai di situ, kericuhan melibatkan pemain Persipro 1954 dan penonton Persedikab Kediri di tribun sebelah barat.

Lempar-lemparan botol dan bahkan tindakan mendorong pagar pembatas stadion terjadi, untungnya petugas kepolisian dan TNI sigap meredam kericuhan tersebut.

Beruntung, petugas pengamanan mampu meredakan situasi dan mengarahkan penonton keluar.

Setelah situasi kondusif, pemain dan tim pelatih Persipro 1954 mendapatkan pengawalan ketat dari petugas kepolisian dan TNI untuk meninggalkan Stadion Canda Bhirawa Pare.

Reaksi netizen pun bermunculan di media sosial, mengecam perilaku negatif yang terjadi di lapangan.

Salah satu netizen, @papanbunga_dedeflorist, menyatakan skeptis terhadap kemampuan liga ini dalam menghasilkan pemain berkualitas untuk promosi ke liga luar atau tim nasional.

"Liga buruk, gak baakal bisa menghasilkan kualitas pemain yg bbaik utk di promosikan ke liga luar maupun timmnas," tulis @papanbunga_dedeflorist dalam kolom komentar.

Sementara @dcpermana31 mengingatkan bahwa tindakan tersebut tidak akan mengubah hasil pertandingan.

"Cuma mau ngingetin dengan kalian berbuat seperti itu pun tidak akan mengubah hasil pertandingan," tutur @dcpermana31 menasehati perusuh.

Bahkan, @bupati_tokyo28 menyayangkan bahwa tindakan kekerasan ini hanya diadili oleh federasi, tanpa diiringi hukum negara terhadap tindakan penganiayaan dan pengeroyokan yang terjadi berulang kali.

"Sayangnya kejadian memilukan yg berulang terjadi ini hanya diadili dgn hukum federasi, tidak dibarengi dengan hukum negara atas tindakan penganiayaan & pengeroyokan," ungkap @bupati_tokyo28 penuh prihatin.

Kejadian ini menunjukkan bahwa selain persaingan di lapangan, pengelolaan dan penanganan perilaku negatif di dunia sepakbola Indonesia perlu diperhatikan secara serius untuk menjaga integritas dan citra olahraga ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun