Setelah situasi kondusif, pemain dan tim pelatih Persipro 1954 mendapatkan pengawalan ketat dari petugas kepolisian dan TNI untuk meninggalkan Stadion Canda Bhirawa Pare.
Reaksi netizen pun bermunculan di media sosial, mengecam perilaku negatif yang terjadi di lapangan.
Salah satu netizen, @papanbunga_dedeflorist, menyatakan skeptis terhadap kemampuan liga ini dalam menghasilkan pemain berkualitas untuk promosi ke liga luar atau tim nasional.
"Liga buruk, gak baakal bisa menghasilkan kualitas pemain yg bbaik utk di promosikan ke liga luar maupun timmnas,"Â tulis @papanbunga_dedeflorist dalam kolom komentar.
Sementara @dcpermana31 mengingatkan bahwa tindakan tersebut tidak akan mengubah hasil pertandingan.
"Cuma mau ngingetin dengan kalian berbuat seperti itu pun tidak akan mengubah hasil pertandingan," tutur @dcpermana31 menasehati perusuh.
Bahkan, @bupati_tokyo28 menyayangkan bahwa tindakan kekerasan ini hanya diadili oleh federasi, tanpa diiringi hukum negara terhadap tindakan penganiayaan dan pengeroyokan yang terjadi berulang kali.
"Sayangnya kejadian memilukan yg berulang terjadi ini hanya diadili dgn hukum federasi, tidak dibarengi dengan hukum negara atas tindakan penganiayaan & pengeroyokan," ungkap @bupati_tokyo28 penuh prihatin.
Kejadian ini menunjukkan bahwa selain persaingan di lapangan, pengelolaan dan penanganan perilaku negatif di dunia sepakbola Indonesia perlu diperhatikan secara serius untuk menjaga integritas dan citra olahraga ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H