Jika berbicara tentang Satgas Mafia Bola ini, hal tersebut menarik perhatian. Mengapa menarik?
Pasalnya, keberadaan Satgas Mafia Bola diharapkan bisa menjawab berbagai kasus yang menggerogoti persepakbolaan Indonesia.
Sebenarnya, Satgas Mafia Bola telah ada sejak lama, meskipun tidak dalam bentuk formal.
Misalnya, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang suap-menyuap yang dibuat oleh negara terkait suap-menyuap dan pengaturan skor di Galatama.
“Sebenarnya, Satgas Mafia Bola itu ee sudah ada sejak dulu sebenarnya, tapi tidak dalam bentuk yang formal misalnya undang-undang nomor 12 tahun 1980 tentang suap-menyuap,” kata Akmal Marhali yang dilansir dari YouTube Arya Sinulingga.
Undang-Undang itu kemudian diterapkan, tetapi hukumannya ringan, antara 3 hingga 5 tahun, jadi masih banyak orang menganggap terlalu rendah.
Akmal juga mengatakan bahwa, hal ini perlu ditinjau ulang oleh anggota Komisi 10 atau komisi terkait untuk memperkuat aturan tersebut.
Sebenarnya masalah mafia bola ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di luar negeri.
Akmal mencontohkan seperti yang terjadi di Liga Inggris dan Liga Spanyol, tetapi negara-negara tersebut memiliki lembaga pengawasan.
Pada tahun 2015, pernah terjadi kasus sepak bola gajah antara PSS Sleman dan PSIS Semarang, yang mencetak gol ke gawang sendiri karena ketakutan menghadapi Borneo FC.
Inilah saatnya ketika Akmal, bersama rekan-rekannya dan Najwa Shihab, bertemu dengan Tito Karnavian (Kapolri) dan Imam Nahrawi (Menpora).
Mereka mengusulkan pembentukan Satgas Mafia Bola sebagai satu-satunya cara untuk memperbaiki sepak bola Indonesia yang kotor.
Usulan ini disambut Tito Karnavian dengan membentuk Satgas Mafia Bola dari Kepolisian, dan sejumlah orang termasuk wakil ketua umum PSSI akhirnya menjadi tersangka.
Akmal mengaku selalu terlibat dalam mengungkap masalah mafia bola ini.
Ketika diminta untuk bergabung dengan Satgas Independen, ia dan Najwa Shihab setuju karena ini adalah PR (Pekerjaan Rumah) yang harus diselesaikan, meskipun tidak mudah.
Permasalahannya, Satgas harus melakukan investigasi, dan ia sebagai orang sipil tidak bisa melakukannya.
Oleh karena itu, Satgas Kepolisian dibentuk oleh Kapolri untuk melakukan investigasi dan bekerjasama dengan PSSI, yang pada saat itu menjadi Ketua Umum PSSI adalah Iwan Bule.
Namun, sekarang ada Satgas Independen sehingga masyarakat yang takut melapor ke polisi dapat melaporkan ke Satgas Independen.
Pada 2015, Akmal pernah menjadi saksi dalam kasus sepak bola gajah, dan empat orang ditahan.
Ini adalah langkah untuk membersihkan sepak bola dari praktik tidak benar. Satgas Independen kini sudah direstui dan mendapat payung hukum dari FIFA.
Baik Satgas Kepolisian maupun Independen akan saling bersinergi, jadi saling cross check.
Misalnya Kepolisian kekurangan data karena tugas polisi yang banyak, tidak hanya mengurus sepakbola saja, sehingga Satgas Independen bisa memberi masukan data.
Semoga saja dengan dibentuknya Satgas Mafia Bola mampu membersihkan sepakbola Indonesia dari berbagai praktik buruk yang dilakukan oleh para mafia bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H