2.1.4 Pembentukan Budaya Organisasi
Ada 5 unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya organisasi, yaitu:
- Lingkungan usaha, yaitu lingkungan dimana organisasi itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh organisasi tersebut untuk mencapai keberhasilan.
- Nilai – nilai (values), yaitu konsep dasar atau keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi.
- Panutan atau keteladanan, yaitu orang-orang yang menjadi panutan atau teladan bagi para pegawainya.
- Upacara – upacara (rites and ritual), yaitu acara – acara rutin yang diselenggarakan oleh organisasi dalam rangka memberikan pengahrgaan pada pegawainya.
- e. Jaringan budaya, yaitu jaringan komunikasi informal yang dapat menjadi sarana penyebaran nilai – nilai dan budaya organisasi.
2.1.5 Tujuan Budaya Organisasi
Menurut Edy Sutrisno (2018) Sebagian besar perusahaan melakukan proses budaya organisasi sebagai aktivitas penting yang harus dilakukan untuk mencapai kesesuaian dan keselarasan individu organisasi dengan budaya dan lingkungan organisasinya. Tujuan budaya organisasi sebagai berikut:
- Membentuk suatu sikap dasar, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dapat memupuk kerja sama, intregritas dan komunikasi dalam organisasi atau perusahaan.
- Meningkatkan komitmen dan daya inovasi karyawan terhadap perusahaan.
- Mendorong kinerja karyawan.
- Menentukan tujuan organisasi
2.2Self Efficacy (Efikasi Diri)
2.2.1 Pengertian Self Efficacy (Efikasi Diri)
Menurutfeist dalam Muhammad Rafi Fadilah (2020) mengemukakan self efficacy meerupakan penilaian individu terhadap suatu tugas. Menurut bandura dalam alwisol (2018), efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effication-efficacy expectation) adalah “persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berpungsi dalam situasi tertentu” efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Menurut Bandura Lau dalam (Yeki Candra 2019) Self Efficacymengungkapkan bahwa efikasi diri merupakan hasil proses kognitifsosial yang berwujud keyakinan dan pengharapan serta keputusan pada kemampuannyadalam bertindak guna memperoleh hasil yang maksimal.Menurut Indrajaya dalam Sri Wahyu lelly Hanna setyanti, dkk (2022) menjelaskan bahwa efikasi diri adalah sebagai keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Efikasi diri diperkenalkan pertama kali oleh Bandura yang menyajikan satu aspek pokok dari teori kognitif social.
2.2.2 Indikator-Indikator Self Efficacy
Menurut Setiadi (2020) self-efficacy merupakan tingkat keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya dalam mengerjakan tugas untuk mencapai hasil tertentu.Terdapat 4 indikator untuk mengukur self-efficacy menurut Lunenberg dalam Widyawati (2018), antara lain;
- Pengalaman akan kesuksesan,
- Pengalaman individu lain,
- Persuasi verbal,
- Keadaan fisiologis.
Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Menurut Santrock dalam (Sri Wahyu lelly Hanna setyanti, dkk 2022) yang menyebutkan “Self Efficacy is the belief that one can master asituation and produce positive outcomes”. Maksudnya adalah efikasi diri sebagai keyakina yang bias mendorong atau mengarahkan sesorang untuk menemukan solusi dalam sebuah situasi dan mampu menghasilkan sikap positif dari situasi yang terjadi tersebut. Efikasi diri menjadi kunci dan stimulus utama yang bias membantu seseorang menemukan solusi atau jalan keluar dari sebuah situasi yang sedang dihadapi.
2.2.3 Pembentukan Self Efficacy