Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memaksa terjadinya perubahan-perubahan dalam berbagai hal atau bidang. Sehingga pada akhirnya hal-hal yang ada dan/atau terjadi di masa lalu sedikit demi sedikit mulai tergeser atau tersisihkan, bahkan tidak mustahil akan dilupakan oleh generasi milenial saat ini. Pun demikian dalam hal budaya. Salah satunya adalah rumah adat.
Generasi milenial yang lahir belakangan ini, ditengarai pengetahuannya sangat terbatas terhadap hal-hal seperti ini. Oleh karena itu, saya mencoba  berbagi pengalaman atau pengetahuan tentang salah satu rumah adat Sunda, yaitu Bumi Ageung.
Pada tanggal 26 Oktober 2017 yang lalu, saya bersama murid-murid SD Puri Artha Karawang mengunjungi salah satu Bumi Ageung yang berada di  Kampung Kahuripan Cirangkong Kabupaten Purwakarta dalam rangka study tour tahun 2017.
Bumi Ageung merupakan salah satu rumah adat Sunda Jawa Barat. Mengapa saya sebut merupakan salah satu? Karena di Jawa Barat terdapat beberapa rumah adat Sunda yang lain, seperti Jolopong, Tagog Anjing, Badak Heuay, Perahu Kemureb, Jubleg Nangkub, Capit Gunting dan Buka Pongpok. Penamaan ini berdasarkan pada bentuk atap dan pintu rumahnya.
Bumi Ageung adalah salah satu rumah adat Sunda, terutama di daerah Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Bumi Ageung memiliki nilai sejarah yang tinggi dan merupakan saksi bisu perjalanan berdirinya Kabupaten Purwakarta (Sumber).
Bangunan Bumi Ageung berbentuk rumah panggung. Bahan dasar yang digunakan adalah kayu dan bambu. Pilar-pilar dan kusen-kusen Bumi Ageung terbuat dari kayu. Sementara dinding-dindingnya terbuat dari anyaman bilah bambu yang disebut dengan bilik. Selain itu, gentingnya terbuat dari tanah liat.
Setelah kita memasuki pintu Bumi Ageung, Kita akan langsung menemukan sebuah ruang tengah atau ruang tamu yang cukup luas yang disebut dengan Pendapa. Di samping Pendapa, berjajar kamar tidur yang disebut dengan Enggon.
Itulah sekilas pengetahuan atau pengalaman tentang Bumi Ageung yang merupakan salah satu rumah adat atau tradisional Sunda Jawa Barat yang melegenda. Semoga para generasi milenial tidak melupakan akar budayanya sendiri yang sarat akan nilai-nilai luhur bangsa.
Penulis:
Cecep Gaos, S.Pd
Guru Puri Artha Karawang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H