Hampir 15 menit berlalu, rambut Dimas mulai terlihat pendek dan rapi. Setelah melewati 20 menit, akhirnya rambut Dimas benar-benar selesai dipangkas. Lalu Dimas menunjuk kumis dan janggutnya sambil berkata: “Pak, cukur juga kumis dan janggutnya ya!”. Lagi-lagi si tukang cukur itu hanya menganggukkan kepala, namun dengan senyum aneh seperti menunjukan kegembiraan. Entah apa yang ada dipikirannya. Tidak menunggu lama, si tukang cukur itu pun langsung mengambil kuas dan sabun dan mengusap-usapkannya ke bagian kumis dan janggut Dimas. Lalu si tukang cukur mengambil sebilah pisau cukur. Dari cermin terlihat si tukang cukur mulai membuka lipatan pisaunya. Terlihat dengan jelas kilauan pisau tersebut oleh Dimas dan tampak sebercak darah kering menempel di ujung pisau tersebut. Dimas sudah tidak berani lagi bertanya-tanya ke si tukang cukur tersebut.
Tukang cukur tersebut mulai mencukur kumis Dimas dengan pisau cukurnya. Suatu saat entah disengaja atau tidak, pisau cukur tersebut menggores sedikit bagian atas bibir Dimas. Dimas pun mengaduh kesakitan. Lalu darahpun sedikit menetes dari bagian atas bibir Dimas. Lalu si tukang cukur pun mengusap darah tersebut dengan jari jempolnya seraya tangan kirinya menekan pundak Dimas seolah-olah supaya tidak berontak. Dari muka dan mulutnya sama sekali tidak terlihat dan keluar rasa penyesalan dan permohonan maaf. Malah dia menunjukkan roman muka senang sambil tersenyum kecil bahagia. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Akhirnya kumis Dimaspun selesai dia cukur.
Kini giliran janggut Dimas yang akan dia cukur. Si tukang cukur terlihat tambah senang. Namun kali ini dia terlihat lebih agresif. Dengan sedikit kasar dia menyandarkan kepala Dimas di penopang kepala yang terpasang di kursi cukur sambil menengadahkan leher Dimas ke atas. Sehingga terlihatlah bagian dalam leher Dimas. Lalu dengan kasar si tukang cukur mulai mencukur janggut Dimas. Sedikit demi sedikit pisau cukurnya mengarah kebagian leher Dimas yang ditumbuhi bulu-bulu janggutnya. Tetapi sesekali si tukang cukur sedikit mengiris-iris bagian leher Dimas yang membuat Dimas sesekali merintih kesakitan. Lalu dengan kasarnya tangan kiri si tukang cukur menarik kepala Dimas ke belakang sehingga bagian leher nya menganga dengan sangat lebar. Dengan pisau cukur di tangannya, si tukang cukur berteriak dan tertawa keras sambil mengayunkan pisaunya...
“Aaaaahhhhhhhhhhhh..........”, Dimas pun berteriak mengaduh sekeras-kerasnya di samping ibu tercinta yang membangunkannya dari tidur gelisahnya. Keringatpun membasahi sekujur tubuh Dimas. Lalu Dimas membuka matanya sambil menyebut nama Tuhan. []
#CG @Karawang, 14 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H