Mohon tunggu...
Lintang
Lintang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang Kompasianer yang masih belajar menulis. Gemar jalan-jalan, membaca, makan enak dan nonton film. Penghindar konflik tapi kalau harus berhadapan juga akan diselesaikan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. 😜 Suka dengan kutipan berikut ini karena masih berjuang melawan diri sendiri yang kebanyakan impian. ☺ "The most excellent jihad (struggle) is that for the conquest of self.” ~ prophet Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nulis Lagi karena Jokowi

17 Desember 2015   16:09 Diperbarui: 18 Desember 2015   10:24 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tiba di Piazza Gandaria City tempat perhelatan Kompasianival 2015 cukup pagi pada hari “H” namun ternyata ada beberapa Kompasianer yang diundang sudah datang lebih pagi lagi, saya melihat mas Abi Hasantoso dan pak Thamrin Dahlan diantaranya. Bersama-sama, kami 100 kompasianer yang diundang menumpang dua bis yang disediakan Kompasiana setelah mengisi daftar hadir untuk mendapat undangan tertulis menuju istana negara.

Sebelum memasuki istana kami sempat diingatkan Nurul, admin Kompasiana agar selain menjaga nama baik sendiri juga nama Kompasiana sehingga program-program ke depan dengan istana nantinya akan tetap berjalan baik karena jika semua lancar, itu akan menguntungkan kompasianer juga.

[caption caption="Bersama beberapa kompasianer dari 100 kompasianer yang dipilih admin untuk memenuhi undangan dari RI1"]

[/caption]

 

[caption caption="Bersama beberapa kompasianer yang bergabung di tahun-tahun awal Kompasiana"]

[/caption]

Saya termasuk yang tidak siap ketika diminta meninggalkan tas dan isinya di tempat pemeriksaan oleh pihak keamanan sebelum memasuki istana presiden karena selama ini sudah terbiasa mendokumentasikan acara dengan kamera untuk memudahkan saya ketika menuliskannya. Di dalam ruang makan, saya perhatikan banyak juga yang mati gaya ketika menunggu presiden tiba karena tidak memegang gawai masing-masing.

Kami bebas memilih meja sendiri namun meja yang paling depan yaitu meja dimana presiden akan duduk sepertinya diperuntukkan bagi beberapa admin dan kompasianer tertentu pilihan admin. Setiap meja dikitari 8 kursi, sehingga ada sekitar 13 meja di ruangan tersebut. Pada dinding ruangan terdapat foto-foto mantan presiden dari presiden petama, bung Karno hingga presiden keenam, pak SBY. Meja prasmanan berada di lorong sisi kiri dan kanan mengapit ruangan makan. Di sisi sebelah kanan tidak jauh dari meja saya terdapat area khusus bagi awak media. Mereka leluasa mengambil gambar dan mencatat hal-hal yang sekiranya penting dalam acara tersebut untuk disampaikan melalui media masing-masing. Beberapa paspampres berjaga dengan sikap waspada dan sigap di pinggir ruangan sambil sesekali berkomunikasi dengan rekannya melaui earset.

Ketika presiden memasuki ruangan, semua diminta berdiri. Kesempatan tersebut tidak dilewatkan oleh para undangan untuk bergegas mendekati jalur presiden berjalan untuk bersalaman. Saya yang kebetulan duduk di meja dekat foto presiden Soeharto terlalu jauh untuk ikut membuat pagar betis sepanjang jalur presiden berjalan. Duh, rasanya gimanaaaa gitu.... Mau ikut salaman tapi koq saya lihat-lihat nantinya saya hanya akan mendesak barisan yang sudah terbentuk spontan itu, ada rasa khawatir nanti jadi perhatian bahkan bisa ditarik paspampres karena dianggap berpotensi merusuh, kan gak lucu. Namun gak ikut salaman koq ya ada yang kurang.

Pak Jokowi persis seperti yang sering terlihat di banyak media, biasa sekali. Maaf, kalau tidak di istana dan dikelilingi ajudan dan stafnya, saya lebih merasa seperti berkunjung ke acara undangan aqiqah yang diadakan tetangga karena kemeja putihnya itu. Ucapan pertama beliau di depan kami hanya “Tidak usah serius-serius” lalu mengajak kami langsung makan siang. Saya saling melemparkan pandangan ke mas Abi Hasantoso yang kebetulan duduk di sebelah saya, kami tersenyum lucu karena masih tidak percaya presiden koq tidak ada jaim-jaimnya gitu.

Pada saat mengantri prasmanan ini pun saya kehilangan kesempatan untuk mengantri di dekat beliau karena seperti yang saya duga setelah mas Syaifuddin Sayuti mengekor presiden, seketika hampir semua undagan bergegas mengikutinya. Akhirnya saya memilih untuk antri di meja prasmanan di sisi satunya. Menu makanan yang disajikan cukup menarik tapi saya hanya mengambil semangkuk sop buntut dan sepiring nasi dengan ditemani dua tusuk sate ayam dan bebek panggang pedas yang dikelilingi dengan irisan cabai besar dan sayuran lalap berupa selada juga kerupuk. Seperti biasa jika berada di acara-acara yang menyajikan banyak pilihan makanan, entah mengapa saya justru cepat sekali menjadi kenyang hanya dengan melihat makanan yang disajikan.

Beberapa kompasianer masih belum selesai makan seperti saya yang sedang menikmati hidangan penutup berupa es buah ketika mas Isjet maju ke depan. Mas Isjet menyampaikan terimakasih atas undangan makan siang dari presiden sebagai ganti dari ketidakhadiran beliau pada acara Kompasianival di mal Gandaria city sebagai salah satu pembicara dengan tema "Indonesia Juara". Kemudian dia mempersilahkan beberapa kompasianer untuk maju ke depan. Mereka diperkenalkan terlebih dahulu sebelum menyampaikan sesuatu atau bertanya kepada presiden satu per satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun