Mohon tunggu...
Catur Pujihartono
Catur Pujihartono Mohon Tunggu... lainnya -

hidup harus lebih dari sekedarnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjalanan Pasir Merapi

13 November 2016   14:46 Diperbarui: 13 November 2016   15:01 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak banyak yang tahu bahwa Pasir adalah hasil dari kegiatan penambangan. Hal ini bisa dimaklumi karena beberapa hal Pasir merupakan hal yang banyak dijumpai di sekeliling lingkungan tempat tinggal kita. Selain itu nilai ekonomis Pasir juga tidak setinggi  dengan hasil tambang golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis) seperti: minyak, uranium dan plutonium atau hasil tambang golongan B (bahan vital) seperti: emas, perak, besi dan tembaga. Meski begitu keberadaan sirtu juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Hampir seluruh infrasturktur dan bangunan fisik modern menggunakan Pasir.

Pasir sendiri tergolong dalam bahan galian gilongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital) yaitu bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak. Di  wilayah Indonesia keberadaannya cukup melimpah. Banyaknya gunung api yang tersebar di wilayah Indonesia menjadi faktor utama keberadaan Pasir. Semua aktivitas vulkanik menghasilkan Pasir dan tidak terkecuali denga Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Pasir memang tanpa harus melalui pengolahan yang rumit untuk bisa digunakan. Terbentuk kemudian dapat langsung dimanfaatkan oleh semua orang. Keberadaan Pasir dapat memberikan kehidupan dari hulu sampai hilir. Di hulu terdiri dari para penambang Pasir yang menjadi mata-pencarian kebanyakan penduduk yang tinggal di lereng Merapi. Di hilir adalah para konsumen Pasir yang akan membangun untuk hunian pribadi  dan gedung milik swasta atau infrastruktur  milik pemerintah. Dan tentu saja diantara hulu dan hilir ada penghubung yang juga mengambil penghidupan dari Pasir. 

Di Indonesia penggunaan akan Pasir dapat diukur dengan konsumsi semen. Tercatat pada tahun 2012 konsumsi pasar domestik semen diperkirakan mencapai 52 juta ton lebih (sumber). Dari sini kita memperhitungkan perkiraan Pasir dengan campuran semen pasir yang paling besar 1 ; 3 (1 semen dan 3 pasir). Sehingga di tahun 2012 diperkirakan kebutuhan sirtu paling sedikit adalah 3 kali kebutuhan semen yaitu 156 juta ton. Belum jika perbandingan semen pasir yang kecil seperti untuk acian/ plester tembok 1 : 6. Tentu akan lebih banyak lagi (sumber)

Erupsi Merapi

Selain semen, Pasir juga merupakan bahan bangunan yang pokok. Keberadaan Pasir Merapi berawal dari erupsi Gunung Merapi. Erupsi yaitu aktivitas magma dari dalam bumi yang bergerak keluar yang kemudian terakumulasi membentuk kubah lava. Kubah lava yang secara intensif terus berkembang seiring dengan aktifitas erupsi yang juga berintensitas tinggi. Perkembangan kubah lava ini sering melampaui ambang batas sehingga runtuh oleh grafitasi yang kemudian dikenal dengan awan panas guguran. Disampin itu awan panas bisa terjadi karena proses desakan magma dari bawah yang dikenal dengan awan panas letusan.

Awan panas tersebut membawa material dari ukuran abu, pasir, kerikil, kerakal sampai bongkahan. Awan panas meluncur ke bawah dengan kecepatan 100 km/ jam dengan suhu 500-6000C. Material awan panas turun melalui lereng atau mengikuti lembah-lembah yang menjadi hulu dari sungai-sungai di bawahnya. Jarak jangkauan bisa mencapai 10-20 km tergantung dari besar kecilnya letusan dan material guguran. Hasil awan panas itu kemudian mengendap dan menghasilkan endapan awan panas di lereng (belum jauh tertransport dari pusat erupsi)

Gunung Merapi dikenal sebagai gunung yang sangat aktif. Karena keaktifannya ini material yang dihasilkan juga sangat banyak. Tercatat pada erupsi tahun 2010, Merapi bisa mengeluarkan material 11 juta meter kubik. Dan jumlah itu bisa terus bertambah karena Merapi sampai sekarang masih beraktivitas tinggi. Inilah yang menjadi sebab bagaimana Pasir Merapi banyak diminati sebagai bahan bangunan. Karena seringnya proses produksi sehingga pelapukan material yang terjadi juga belum terlalu lama dan dalam. Disamping itu ketersediaan material yang tentu lebih melimpah dan banyak, mampu memenuhi permintaan dalam jumlah yang besarmeski dalam level mega proyek sekalipun.

Perjalanan Pasir Merapi

Dari endapan awan panas di atas, perjalanan Pasir Merapi untuk menopang kehidupan manusia dimulai. Endapan material awan panas yang terbentuk kemudian terbawa hujan melalui sungai-sungai yang berhulu di lereng Merapi.  Endapan yang terbawa air hujan ini kita kenal dengan Lahar (debris flow) dan menghasilkan endapan lahar. Dari sinilah aktivitas penambangan Pasir Merapi ini berlangsung.

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi. Terlihat sungai-sungai yang berhulu di lereng Merapi (Sumber BPPTK)
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi. Terlihat sungai-sungai yang berhulu di lereng Merapi (Sumber BPPTK)
Dari penambangan baik tradisional maupun yang menggunakan alat berat berlangsung di sungai-sungai ini (Daerah Aliran Sungai). Rata-rata para penduduk di Lereng Merapi memang mempunyai mata pencaharian sebagai penambang Pasir. Matrial Pasir yang mengisi sungai dikeruk dan diambil, dikumpulkan.  Begitu terkumpul dalam jumlah tertentu dengan sendirinya akan diambil oleh truk-truk yang siap mensuplai ke proyek-proyek bangunan atau pedagang material ke berbagai kota. 

Dari penambangan ini rata rata mereka bisa menghasilkan Rp. 100.000 – 200.000 per-hari. Nilai penghasilan yang sangat memadai dan menjanjikan di luar  pekerjaannya sebagai buruh dan petani. Hasil ini juga sangat tergantung pada musim. Pada musim penghujan tentu lahar hujan ini akan banyak terjadi. Dengan demikian sirtu juga akan banyak terbawa dan mengendap di bawah. Pada musim penghujan secara otomatis penghasilan para penambang juga akan meningkat, karena ketersediaan sirtu yang juga melimpah.

Truk-truk yang mengambil Pasir ini membeli dari para penambang dengan harga antara Rp. 100.000 – 150.000/ truk. Harganya tergantung pada lokasi  penambangan. Lokasi yang dekat sekali dengan hulu akan semakin rendah harganya. Sedangkan yang sudah jauh menjadi mahal antara Rp. 130.000 – 150.000. Hal ini disebabkan karena faktor keamanan dan bahan bakar. Di hulu akan semakin berbahaya karena truk-truk pengangkut sering terancam hanyut oleh lahar hujan yang datang tiba-tiba. 

Dan bahan bakar juga semakin boros karena lokasinya jauh dan jalannya menanjak sampai ke hulu sungai di lereng Merapi. Disamping itu penambang yang relatif jauh dari hulu karena sudah tertranportasi jauh maka proses pencucian material juga terjadi. Dan Pasirnya juga semakin bersih dari lumpur. Namun ketersediaanya juga tidak sebanyak yang dekat dengan hulu.

Truk-truk pembawa Pasir ini juga akan terkena tarikan retribusi dari Pemerintah Kabupaten atau Desa setempat. Jumlah dan besarnya tarikan sangat bervariasi dari berbagai tempat yang berbeda. Misalnya Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman pengusaha pasir dibebani tarikan uang sebesar Rp55.000 untuk setiap satu truk pasir. Rincian penggunannya, Rp. 15.000 disetor Pemkab, Rp. 40.000 untuk kas desa. Dari Rp. 40.000 itu, Rp24.000 masuk kas desa dan Rp16.000 dibagikan langsung kepada masyarakat yang rumahnya tertimbun lahar. Sedangkan dana yang di setor ke Pemkab digunakan untuk perbakan jalan yang rusak oleh adanya truk pengangkut sirtu. (sumber)

Kegiatan truk-truk pemuat Pasir dari penambang ini bisa berlangsung dalam 24 jam penuh. Sehingga satu truk bisa mengambis sirtu 2-4 kali pengambilan. Dari truk ini bisa langsung disetorkan pada pedagang atau langsung ke proyek dengan harga Rp.300.000 – 500.000 tergantung juga jaraknya. Yang disetor pada proyek langsung bisa digunakan, sedangkan yang masuk pada pedagang akan lebih besar harganya. Harga Pasir Merapi per m3 bisa mencapai Rp. 175.000. satu truk bisa terisi 7 – 8 m3. Sehingga satu truk harganya berkisar Rp. 1.225.000 – 1.400.000. untuk ukuran Tronton bisa memuat 20 – 30 m3. Dan minimal pemesanan menggunakan Tronton sebanyak 24 m3.

Memang keberadan Gunung Merapi menimbulkan dua sisi yang saling berlawanan. Satu sisi ada ancaman bahaya yang begitu menakutkan jika terjadi erupsi. Namun dari sisi yang lain hasil erupsinya bisa menyuburkan tanah-tanah pertanian. Dan materialnya bisa dimanfaatkan untuk kehidupan dan penghidupan. Perjalanan Pasir Merapi dari awal terbentuknya hingga sampai pada kita telah banyak mengangkat kesejahteraan bagi masyarakat di lereng atau yang berada jauh dari Merapi. Dan kemudian perjalanan Pasir Merapi ini berakhir menjadi hunian tempat tinggal kita atau infrastruktur yang tanpa kita sadari telah lama kita nikmati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun