Ramadhan, bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyyah pun kini telah tiba dengan penuh kemuliaan dan keberkahannya. Bulan yang dinanti-natikan dan disambut gembira penuh suka cita oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru Dunia, tak terkecuali Indonesia. Begitu spesialnya bulan Ramadhan, banyak keistimewaannya yang tidak bisa kita jumpai pada bulan-bulan selainnya.
Allah menjanjikan begitu banyak kebaikan dan pahala yang berkali-kali lipat bagi siapa saja yang bisa memanfaatkan dengan baik momen istimewa Ramadhan ini.Â
Bertepatan dengan hari Kamis, 30 Sya'ban 1441 Hijriyyah atau 23 April 2020 Masehi, Kementerian Agama pun menggelar sidang isbat melalui video conference demi menetapkan kapan 1 Ramadhan tahun ini tiba. Dan hasil dari sidang isbat tersebut adalah Pemerintah menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1441 Hijriyyah jatuh pada hari Jum'at atau 24 April 2020 Masehi. Bulan yang mulia ini pun kini telah  menemani hari-hari kita semua.
Namun, dengan kebesaran dan kuasa Allah, tahun ini menjadi tahun yang berbeda. Ramadhan tiba bersamaan dengan keadaan Dunia yang sedang dilanda cobaan dan musibah, yaitu mewabahnya virus corona atau Covid-19. Â Hal ini menyebabkan ibadah seluruh umat muslim di dunia tidak semeriah pada Ramadhan-ramadhan sebelumnya.
Ditengah situasi wabah ini, pemerintah pun mengeluarkan himbauan resmi untuk kita senantiasa menjaga jarak antar sesama dan melakukan segala aktivitas hanya dirumah.
Wabah corona atau covid-19 yang semakin hari semakin mewabah di Indonesia, mengharuskan Pemerintah untuk membuat keputusan serius dalam upaya pencegahan wabah corona tersebut agar tidak menular dan memakan korban lebih banyak lagi.
Akhirnya, Pemerintah pun mengambil keputusan untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) walaupun baru diterapkan di beberapa titik wilayah Indonesia. Tentu hal ini mempunyai dampak yang luar biasa terhadap banyak aspek kehidupan sosial, kesehatan, bahkan ekonomi, termasuk bisnis syariah di Indonesia.
Banyak aktivitas ekonomi dan bisnis syariah di Indonesia yang terganggu akibat dampak covid-19 ini, baik yang bersumber dari Indonesia  maupun dari luar. Seperti hal nya turunnya permintaan terhadap produk-produk bisnis syariah. Di tengah merebaknya Covid-19, tingkat kunjungan wisatawan asing dan wisatawan domestik sangat merosot drastis.
Tingkat okupansi hotel di Indonesia secara umum turun hingga tinggal 10-50 persen, termasuk tingkat okupansi hotel-hotel syariah. Penjualan paket-paket perjalanan wisata, termasuk wisata syariah, juga ikut seret. Biro-biro perjalanan umrah bahkan harus menanggung kerugian cukup besar akibat pelarangan  dan pembatalan perjalanan umrah ke Mekkah, Saudi Arabia.
Termasuk juga pada prilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang ikut menurun, dan kini telah mulai terjadi pada semua produk non bahan pokok termasuk produk-produk makanan dan minuman halal, alat kecantikan , dan fashion muslim. Penurunan ini sangat signifikan dirasakan oleh para pelaku bisnis syariah apalagi saat Ramadhan ini bahkan menjelang hari raya idul fitri.
Terjadinya kenaikan biaya produksi, baik yang disebabkan oleh gangguan rantai pasokan maupun yang disebabkan oleh perubahan ketenagakerjaan. Gangguan rantai pasokan terjadi karena ketergantungan Indonesia yang masih cukup tinggi pada bahan-bahan baku dan barang-barang dari luar negeri, termasuk bahan-bahan baku dan barang-barang yang digunakan untuk memproduksi produk-produk halal.
Terjadinya gangguan pada rantai pasokan ini, kemungkinan terjadi karena berlakunya pembatasan aktivitas luar rumah di sebagian wilayah strategis Indonesia.
Sementara, perubahan ketenagakerjaan terjadi karena berlakunya working from home, pengurangan sebagian jam kerja bahkan kasus terburuknya yaitu penghentian kerja sepenuhnya dalam periode tertentu dan penurunan tingkat kesehatan sebagian tenaga kerja yang bekerja.
Covid-19 ini juga menghambat terhadap realisasi penanaman modal. Ketidakpastian yang tinggi di tengah merebaknya Covid-19 kemungkinan akan memaksa para investor untuk menunda atau bahkan membatalkan sebagian rencana penanaman modalnya pada tahun 2020 ini. Tidak terkecuali, investor yang berencana menanamkan modalnya pada bisnis-bisnis syariah. Ramadhan yang seharusnya banyak permintaan terhadap produk bisnis syariah, kini harus mengalami penurunan dari tahun -- tahun sebelumnya.
Covid-19 juga mengakibatkan terjadinya peningkatan risiko terhadap lembaga-lembaga keuangan syariah. Peningkatan risiko ini akan terjadi tidak hanya pada bank syariah, tetapi juga pada lembaga-lembaga keuangan syariah lain. Diantara resiko yang akan terjadi tersebut yaitu dalam bentuk risiko operasional, risiko pembiayaan, risiko pasar dan risiko likuiditas. Di luar itu, lembaga-lembaga keuangan syariah juga akan mengalami perlambatan laju pertumbuhan aset, minimal hingga berakhirnya masa-masa kritis wabah Covid-19 ini.
Lantas, bagaimana cara mengantisipasi atau penanggulangan dari dampak covid-19 ini terhadap ekonomi syariah? Berikut diantara langkah-langkah yang dapat kita ambil:
Bersiap dan membuat strategi atau peta jalan baru untuk bertahan dan keluar dari dampak penyebaran Covid-19. Belajar dari pengalaman negara-negara lain yang telah lebih dulu terkena wabah covid-19, pelaku ekonomi dan bisnis syariah tidak seharusnya meremehkan dampak wabah Covid-19. Namun, penyebaran Covid-19 ini pasti akan berakhir. Oleh karena itu, strategi atau peta jalan baru untuk bertahan dan keluar dari dampak penyebaran Covid-19 juga sangat penting. Peta jalan ini dapat bersifat sederhana maupun kompleks tergantung pada skala masing-masing bisnis syariah tersebut.
Para pelaku ekonomi dan bisnis syariah harus menunjukkan empati dan solidaritas kepada karyawannya atau pelanggannya. Di antaranya memberi kelonggaran working from home kepada karyawan-karyawan, tetap memberikan layanan terbaik kepada para pelanggan dalam batas-batas yang memungkinkan dan mendukung kebijakan pemerintah untuk mengurangi potensi penyebaran Covid-19 secara keseluruhan.
Mengambil manfaat dari paket stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka menghadapi dampak penyebaran Covid-19, baik stimulus fiskal, stimulus nonfiskal, maupun stimulus sektor keuangan. Meskipun paket stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah saat ini masih jauh dari ideal, tetapi setidaknya dapat mengurangi beban yang harus ditanggung bisnis-bisnis syariah di tengah merebaknya Covid-19.
Semoga kita semua bisa menghadapi krisis ekonomi dunia dan berusaha bangkit dan bertahan, supaya ekonomi dunia cepat pulih kembali, terutama Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI