Dunia tanpa sekat (borderless world). Itulah kata-kata yang paling tepat menggambarkan dunia kita saat ini. Dunia terus berubah dan peradaban manusia terus maju. Menjadi lebih mudah, lebih modern, lebih canggih, hingga menembus batas sehingga tidak ada lagi sekat-sekat.
Pandemi COVID-19 adalah bukti nyata bahwa kita hidup di dalam borderless world. Virus Corona dari satu negara menyebar begitu cepat ke negara-negara lain, bahkan hampir seluruh negara terdampak. Tidak ada yang menyangka hal ini akan terjadi, bukan?
Namun inilah dunia yang kita tinggali, di mana tidak ada batasan sedikit pun. Informasi begitu cepat dan mudah menyebar ke seluruh dunia. Komunikasi dapat dilakukan dengan siapa pun dan kapan pun, tanpa mengenal jarak dan waktu. Perdagangan internasional menjadi sangat maju dengan pasar yang terbuka begitu luas bagi siapa pun.
The world, whether we like it or not, will become more and more borderless. – John Key
Lantas apa yang menyebabkan terbentuknya borderless world ini? Penyebabnya adalah globalisasi. Globalisasi telah menghilangkan sekat-sekat antar negara dan secara perlahan mempersatukan manusia di seluruh muka bumi, tanpa ada yang dapat menghindarinya. Globalisasi memasuki segala aspek kehidupan manusia, baik ekonomi, politik, sosial budaya, dan sebagainya sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, perubahan akan terus terjadi.
Globalisasi merupakan kenyataan yang tidak bisa disalahkan. Yang menjadi masalah adalah POLA PIKIR. Sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari, maka globalisasi harus dapat dihadapi dengan bijak. Untuk dapat menghadapi globalisasi dengan bijak, yang harus dibangun adalah pola pikir global (global mindset).
Global Mindset: “It is the ability to step outside one’s base culture and to understand there is no universally correct way to do things.” – Dr. Gary Ranker
Dari kutipan Dr. Gary Ranker tersebut, global mindset adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara luas, tidak hanya berdasarkan pada budayanya sendiri. Dengan demikian, seseorang yang memiliki global mindset mampu menyerap informasi dari berbagai belahan dunia dan menggunakannya untuk perkembangan dirinya maupun kelompok. Global mindset harus dimiliki oleh siapa pun, baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan, dan negara jika ingin maju. Oleh karena itu, global mindset bukanlah sekadar obrolan ringan, namun harus dibangun meskipun dalam prosesnya tetap menghadapi berbagai risiko. Semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin yang menerpanya bukan?
Bicara tentang global mindset mengingatkan saya pada perjuangan IKEA, perusahaan furnitur dari Swedia dalam usahanya untuk membangun pasarnya di berbagai negara seperti sekarang ini. Michael Ohlsson, CEO IKEA mengatakan bahwa mereka mengunjungi ribuan rumah setiap tahun, duduk dan berbincang-bincang dengan pemilik rumah untuk mempelajari nilai dan norma, asumsi-asumsi yang digunakan untuk mengambil keputusan, budaya dalam penggunaan furnitur, hingga gaya hidup masyarakat setempat.
IKEA menyadari bahwa tidak bisa membawa suatu nilai, budaya, atau pun gaya hidup tertentu ke dalam suatu negara. Oleh karena itu, mereka menggunakan heterogenitas yang ada untuk mengembangkan produk mereka di berbagai negara. Meskipun dalam perjalanannya tidak semulus itu.
IKEA juga pernah mengalami kegagalan ketika memulai pasarnya di Amerika Serikat karena produk-produk yang ditawarkan IKEA tidak sesuai dengan selera warga Amerika Serikat. Mereka belum menyadari bahwa budaya konsumen di Eropa dengan Amerika cukup berbeda. IKEA pun harus mengalami kerugian yang mendalam. Dari kegagalan tersebut, IKEA mulai berbenah dengan menanamkan global mindset hingga sukses seperti sekarang ini.
Namun, apakah dengan menanamkan global mindset menjamin suatu perusahaan langsung berhasil? Tentu tidak. Ketika memulai pasti masih banyak kekurangan. Sehingga kejadian risiko yang harus dihadapi adalah produk atau layanan yang diberikan perusahaan kurang diterima oleh masyarakat setempat. Namun seiring berjalannya waktu dan perusahaan semakin mengerti karakteristik masyarakat setempat, maka produk atau pelayanan yang diberikan perusahaan akan semakin menyatu dengan keinginan masyarakat setempat.
Sekarang kita telah memahami pentingnya global mindset sebagai kunci kemajuan. Tidak hanya penting bagi perusahaan, tetapi kita sebagai individu pun perlu membangun global mindset sehingga mampu berkontribusi dalam peradaban manusia yang semakin maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H