IKEA menyadari bahwa tidak bisa membawa suatu nilai, budaya, atau pun gaya hidup tertentu ke dalam suatu negara. Oleh karena itu, mereka menggunakan heterogenitas yang ada untuk mengembangkan produk mereka di berbagai negara. Meskipun dalam perjalanannya tidak semulus itu.Â
IKEA juga pernah mengalami kegagalan ketika memulai pasarnya di Amerika Serikat karena produk-produk yang ditawarkan IKEA tidak sesuai dengan selera warga Amerika Serikat. Mereka belum menyadari bahwa budaya konsumen di Eropa dengan Amerika cukup berbeda. IKEA pun harus mengalami kerugian yang mendalam. Dari kegagalan tersebut, IKEA mulai berbenah dengan menanamkan global mindset hingga sukses seperti sekarang ini.Â
Namun, apakah dengan menanamkan global mindset menjamin suatu perusahaan langsung berhasil? Tentu tidak. Ketika memulai pasti masih banyak kekurangan. Sehingga kejadian risiko yang harus dihadapi adalah produk atau layanan yang diberikan perusahaan kurang diterima oleh masyarakat setempat. Namun seiring berjalannya waktu dan perusahaan semakin mengerti karakteristik masyarakat setempat, maka produk atau pelayanan yang diberikan perusahaan akan semakin menyatu dengan keinginan masyarakat setempat.Â
Sekarang kita telah memahami pentingnya global mindset sebagai kunci kemajuan. Tidak hanya penting bagi perusahaan, tetapi kita sebagai individu pun perlu membangun global mindset sehingga mampu berkontribusi dalam peradaban manusia yang semakin maju.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H