Mohon tunggu...
Catherin Widjaja
Catherin Widjaja Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Semarang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Obat Penganggu Otot

23 Oktober 2017   19:31 Diperbarui: 23 Oktober 2017   19:50 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

                         Halo pembaca setia kompasiana! Dalam artikel ketiga ini, saya akan membahas materi jaringan, tetapi berbeda dengan artikel sebelumnya yang membahas jaringan tumbuhan, artikel ini akan membahas mengenai jaringan hewan. Pada artikel ini juga, saya akan membahas secara khusus mengenai pernyataan obat antiinflamasi dapat menghambat pertumbuhan otot. Mungkin kalian bertanya-tanya apa itu obat antiinflamasi? Apa hubungannya dengan otot? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sekarang saya akan sedikit membahas obat anti inflamasi dan jaringan otot.

            Obat antiinflamasi adalah obat yang berfungsi untuk menghilangkan radang yang bukan disebabkan oleh mikroorganisme, singkatnya obat ini digunakan untuk mengatasi inflamasi. Inflamasi sendiri adalah kerusakan mikrovaskuler dengan meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang dengan gejala bengkak, kemerahan, dan panas. Obat ini memberikan efek analgesik (antinyeri), antiinflamasi (antiradang), dan antipiretik (penurun panas). Berdasarkan cara kerja dan targetnya, obat antiinflamasi dibagi menjadi 2 yaitu steroid dan nonsteroid. 

Jenis steroid adalah obat yang berfungsi untuk mencegah respon nyeri dari trauma atau kerusakan jaringan yang berat (misalnya : Hidrokortison, Deksametason, dan Prednisone), sedangkan jenis nonsteroid mencegah respon nyeri dari trauma atau kerusakan jaringan yang lebih ringan (misalnya : paracetamol, aspirin, antalgin, dan ibuprofen).

            Obat antiinflamasi tidak bisa dipisahkan dari jaringan otot karena obat tersebut memberikan efek bagi jaringan otot. Otot adalah bagian dari jaringan lunak tubuh manusia yang memiliki fungsi sebagai penggerak aktif tulang dan tempat disimpannya cadangan energi. Tubuh manusia tersusun dari sekitar 650 jenis otot yang saling melengkapi satu sama lain sehingga ketika tubuh melakukan suatu gerakan yang bekerja tidak hanya satu otot saja, tetapi yang lain juga.

 Pembentukan otot dimulai setelah melakukan aktivitas fisik yang berat sehingga mengalami kerusakan mikrokopis yang akan memicu tubuh membangun jaringan baru di lokasi tersebut. Dalam ubuh kita terdapat tiga jenis otot yaitu : otot rangka, otot jantung, dan otot polos. Otot rangka terdapat dalam organ dalam tubuh, lurik terdapat pada alat gerak, dan otot jantung tentunya terdapat dalam jantung.

            Itu merupakan garis besar mengenai obat antiinflamasi dan jaringan otot, sekarang saya akan membahas pernyataan obat antiinflamasi menghambat pertumbuhan dan perkembangan otot. Setelah mengetahui teorinya, saya setuju dengan pernyataan tersebut. Banyak sumber yang mengatakan bahwa obat antiinflamasi yang berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada perkembangan otot. Pada kalimat tersebut dikatakan obat antiinflamasi yang berlebihan. Jadi, saya setuju sejauh pemberian obat antiinflamasi itu berlebihan. Saya memiliki lima alasan yang mendukung opini saya tersebut. Tiga dari lima alasan saya tersebut disebabkan oleh adanya kandungan kortikosteroid khususnya glukokortikoid.

            Sebelum membahas tentang pernyataan tersebut, kita perlu mengetahui bahwa inflamasi itu tidak sebahaya yang kita bayangkan. Inflamasi berasal dari bahasa Latin yaitu Inflammo yang artinya "saya dibakar, saya menyalakannya". Sejatinya inflamasi atau peradangan itu adalah upaya tubuh untuk perlindungan diri dan memiliki tujuan untuk menghilangkan rangsangan berbahaya termasuk sel yang rusak dan memulai proses penyembuhan. 

Ketika ada sesuatu yang berbahaya mempengaruhi bagian dari tubuh kita, ada respon biologis yang mencoba untuk menghapusnya dan menunjukkan bahwa tubuh sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia yaitu histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin. Inflamasi mempunyai tiga peran penting dalam tubuh kita yaitu memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi sehingga akan meningkatkan perfoma makrofag, menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi, dan mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.

            Sekarang saya akan menjelaskan mengapa saya menyetujui pernyataan obat antiinflamasi menghambat pertumbuhan dan perkembangan otot. Mari kita simak keempat alasan di bawah ini.

            Alasan pertama adalah dengan adanya obat antiinflamasi berarti sesuai dengan namanya obat antiinflamasi akan menghambat proses inflamasi. Padahal seperti yang sudah saya jelaskan di atas tadi inflamasi memiliki peran penting untuk mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak. Untuk perkembangan sebuah otot didahului dengan adanya kerusakan pada otot sehingga jika obat antiinflamasi mengatasi inflamasi secara berlebihan akan mengakibatkan proses perbaikan jaringan otot menjadi terhambat yang akan membuat pertumbuhan dan perkembangan otot menjadi terhambat.

            Alasan yang kedua adalah terjadinya insufisiensi kelenjar adrenal yang berarti kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon kortisol (steroid). Padahal jika dipikir-pikir obat antiinflamasi ada yang steroid sehingga bisa mengatasi kekurangan hormon kortisol tersebut. Hal tersebut salah karena memang steroid pada obat antiinflamasi memiliki struktur yang sama dengan hormon kortisol, tetapi steroid tetap tidak bisa menggantikan hormon kortisol. Jika kita mendapat obat antiinflamasi berlebih berarti steroid dalam tubuh kita menjadi berlebih yang akan mengakibatkan kerusakan kelenjar adrenal itu sendiri sehingga hormon kortisol kita menjadi terganggu. Padahal hormon tersebut berguna dalam perkembangan otot.

             Seperti yang sudah saya katakan tadi, tiga dari lima alasan saya disebabkan oleh kandungan glukokortikoid. Mungkin kalian ada belum tahu apa itu glukokortikoid. Glukokortikoid adalah hormon steroid golongan kortikosteroid yang memberikan pengaruh terhadap metabolisme nutrisi. Dari namanya, glukokortikoid mengandung tiga unsur yaitu glukosa, korteks, steroid. Hal ini menunjukkan keberadaan golongan ini sebagai regulator glukosa yang disintesis pada korteks adrenal dan mempunyai struktur steroid.

            Alasan yang ketiga adalah glukokortikoid menjadi penghambat katabolisme protein. Mengapa bisa seperti itu? Mari kita simak penjelasan dibawah ini.

            Dalam mempertahankan otot rangka agar dapat berfungsi sebagai mana mestinya, dibutuhkan glukokortikoid dalam jumlah cukup, tetapi jika pemberian glukokortikoid pada jumlah yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama akan menimbulkan gangguan fungsi otot rangka tersebut. Gangguan fungsi ototnya ditandai dengan timbulnya wasting otot rangka yaitu pengurangan massa otot yang timbul karena efek katabolik dan antianaboliknya pada protein otot. 

Efek katabolik adalah efek yang timbul dari katabolisme protein yang tidak dilakukan. Katabolisme protein adalah reaksi katabolime yang menyederhanakan bentuk protein menjadi asam amino yang nantinya asam amino ini akan dioksidasi menjadi urea dan karbondioksida serta menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan disimpan di molekul adenosine triphosphate (ATP). Nantinya ATP ini dipakai oleh proses anabolisme untuk menumbuhkan sel dan memperbaiki jaringan tubuh.

            Penghambatan katabolisme protein oleh glukokortikoid juga akan menghambat regenerasi sel otot. Apa itu regenerasi sel? Regenerasi sel adalah proses di dalam tubuh manusia dimana sel-sel yang rusak akan dihancurkan dan digantikan dengan sel yang baru. Ketika melakukan aktivitas yang berat, otot kita akan mengalami kerusakan yang harus segera diregenerasi, tetapi dengan adanya glukokortikoid yang menghambat katabolisme protein membuat regenerasi menjadi terganggu. Padahal untuk memperbaiki sel-sel otot yang rusak maka katabolisme protein harus ditingkatkan.

            Alasan yang keempat adalah glukokortikoid berlebih mengakibatkan akumulasi kalsium pada otot. Glukokortikoid mengakibatkan penghambatan aktivitas fosforilase dan adanya akumulasi kalsium otot yang menyebabkan penekanan fungsi mitokondria. Kita semua tahu jika kalsium adalah suatu hal yang penting untuk pertumbuhan tulang dan otot, tetapi jika tubuh kita memiliki kadar kalsium yang berlebih itu juga akan membawa dampak buruk bagi tulang dan otot kita. Dampak buruknya adalah otot kita menjadi lemah dikarenakan otot kita terlalu banyak menerima kalsium sehingga otot sukar untuk memproses kalsium itu. Hal ini justru akan menimbulkan penekanan fungsi mitokondria yang merupakan sautu hal yang tidak baik. Padahal sel otot memiliki banyak mitokondria.

            Mengapa sel otot memiliki banyak mitokondria? Sel otot adalah sel yang digunakan tubuh untuk bergerak sehingga sel otot membutuhkan banyak energi untuk melakukan fungsi tersebut sehingga membutuhkan banyak mitokondria untuk menghasilkan energi. Sel otot memiliki banyak mitokondria untuk menghasilkan energi yang banyak untuk bergerak dan berkembang. Seperti yang kita ketahui mitokondria adalah organel sel yang memiliki fungsi respirasi sel yang akan menghasilkan energi untuk bergerak dan berkembang. Jika terjadi pemaksaan kerja pada mitokondria akan membawa pengaruh terganggunya daya kerja dan perkembangan sel otot itu sendiri.

            Sekarang kita akan masuk ke alasan yang terakhir. Alasan yang kelima adalah pemberian obat antiinflamasi yang berlebihan (mengandung glukokortikoid berlebih) akan mengakibatkan jumlah sel limfosit dalam darah menurun dan menjadi kecil. Sejatinya bukan hanya mengurangi jumlahnya, tetapi juga sistem imunnya. Limfosit adalah salah satu jenis sel darah putih (leukosit) yang tidak bergranula. Jumlahnya 30%-40% dari jumlah sel darah putih

. Memiliki ukuran kecil yaitu 7-8 mikrometer (diameternya). Inti dari sel limfosit adalah kromatin yang berwarna keunguan yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Limfosit berasal dari sel-sel batang di sumsum merah tulang kemduain melanjutkan diferensiasi dan proliferasi di dalam organ lain.

            Seperti yang kita ketahui sel darah putih (leukosit) berfungsi untuk melindungi tubuh dari benda asing, virus, dan bakteri. Begitu juga dengan sel limfosit yang merupakan bagian dari sel darah putih sehingga limfosit juga berfungsi dalam reaksi imunologis (kekebalan tubuh), tetapi limfosit memiliki fungsi lain yaitu berperan dalam proses regenerasi. Ketika otot mengalami kerusakan jaringan, ada sebuah zat kimia yang ikut aktif yaitu prostaglandin.

 Prostaglandin adalah sebuah zat kimia yang menimbulkan rasa sakit dan bengkak ketika terjadi kerusakan serta merupakan produsen sitokin. Apa itu sitokin? Sitokin adalah molekul protein yang berperan membawa pesan antarsel yang akan membentuk sistem kekebalan. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, setiap hari kita mengalami kerusakan otot yang harus segera diregenerasi.

 Padahal ketika mendapat glukokortikoid berlebih menyebabkan sel limfosit tidak dapat memperbaiki jaringan otot karena jumlahnya yang menurun sehingga proses regenerasi pada otot pun akan terhambat yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan otot menjadi terhambat. Hal ini juga disebabkan oleh glukokortikoid yang menghambat migrasi sel limfosit ke daerah yang harus diperbaiki tersebut.

            Dari kelima alasan yang sudah saya jelaskan, saya dapat menarik kesimpulan bahwa obat antiinflamasi dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan otot. Pertama karena obat antiinflamasi dapat menghambat fungsi dari inflamasi itu sendiri yaitu mencetuskan perbaikan jaringan yang rusak. Kedua karena terjadinya insufisiensi kelenjar adrenal. Ketiga karena glukokortikoid menjadi penghambat katabolisme protein sehingga regenerasi sel menjadi terhambat. 

Keempat karena glukokortikoid mengakibatkan akumulasi kalsium pada otot sehingga terjadinya penekanan fungsi pada mitokondria yang mengakibatkan pembentukan otot menjadi terganggu padahal energi untuk pembentukan otot didapat dari mitokondria dan yang terakhir adalah glukokortikoid mengakibatkan jumlah sel limfosit menurun sehingga regenerasi sel menjadi terhambat.

            Sekian artikel ketiga saya kali ini semoga bermanfaat bagi para pembaca kompasiana. Bagi para pembaca yang ingin bertanya mengenai materi artikel ini atau memberikan kritik dan saran bisa langsung bertanya pada kolom komentar yang ada dibawah agar artikel penulis kedepannya bisa lebih baik dan lebih bermanfaat bagi pembaca setia kompasiana. Akhir kata, saya akan memberikan sebuah kutipan untuk menutup artikel ini :

"Bila kamu tidak tahan dengan lelahnya belajar, kamu akan menanggung perihnya kebodohan."

Daftar Pustaka :

Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA. Jakarta: Erlangga.

Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun